Pengertian Resiliensi, Komponen Resiliensi, dan Faktornya Menurut Para Ahli

Daftar Isi

Pengertian Resiliensi, Komponen Resiliensi, dan Faktornya Menurut Para Ahli - Ada yang sudah tidak asing dengan arti dari resiliensi? Pada postingan universitaspsikologi.com kali ini akan membagikan teori resiliensi atau dalam bahasa inggrisnya disebut resilience. Mau tahu lebih lanjut mengenai apa itu resiliensi? Mari kita simak pada tulisan di bawah ini.

Sejarah Resiliensi

Selama 20 tahun terakhir resiliensi menjadi karakteristik multidimensionalyang bervariasi dengan konteks, waktu, usia, jenis kelamin, dan asal budaya, serta dalam diri seseorang yang mengalami keadaan hidup yang berbeda (Connor & Davidson, 2003). Adanya perkembangan dari model resiliensi yang mana dimulai dari titik perkembangan biopsikospiritual dengan konteks yang spesifik dan mencakup berbagai perubahan dalam perkembangan (Richardson, 1990). Seseorang menyesuaikan tubuh, pikiran, dan roh dengan keadaan kehidupan saat ini.

Perkembangan resiliensi menjelaskan tentang perkembangan yang sehat dari populasi yang berada dalam risiko. Memahami bagaimana seseorang mampu mencapai resiliensi yang tepat. Dalam perspektif perkembangan, individu yang resilien dapat mengatasi stres serta kesulitan untuk mencapai taraf fungsional yang optimal, baik terhadap hambatan di sepanjang rentang hidupnya (Smith-Osborne, 2007).

Pengertian Resiliensi, Komponen Resiliensi, dan Faktornya Menurut Para Ahli
Pengertian Resiliensi

Baca juga: Beberapa Universitas dengan Jurusan Psikologi Terbaik di Indonesia

Pengertian Resiliensi

Wagnild dan Young (1993) mengatakan bahwa resiliensi dihasilkan dari suatu kekuatan dalam diri individu, sehingga ia mampu beradaptasi terhadap kondisi sulit yang menimpanya. Resiliensi dapat menjadi faktor protektif dari munculnya ketakutan, kecemasan, dan tidak berdaya sehingga memiliki potensi untuk mengurangi efek fisiologis yang muncul. Masten dan Coatsworth (1998) mendefinisikan resiliensi adalah suatu kumpulan bagi kehidupan seseorang dari masa sulit dan mampu beradaptasi kembali secara positif untuk tantangan kehidupan berikutnya. Resiliensi berasal dari kemampuan adaptasi seseorang secara normal dan menjadi suatu pola pertahanan.

Menurut Grotberg (1999) resiliensi merupakan kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi, serta kapasitas manusia untuk menghadapi dan memecahkan masalah setelah mengalami kesulitan. Dalam resiliensi terdapat individu yang mampu bertahan dari situasi yang sulit secara efektif namun juga ada individu yang tidak mampu untuk bertahan dari kesulitan tersebut. Reivich dan Shatte (2002) menjelaskan resiliensi adalah kemampuan individu untuk merespons kondisi adversity atau trauma yang dihadapi dengan cara sehat dan produktif. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau mengalami tekanan yang berat disebut dengan resiliensi (Tugade & Fredrickson, 2004). 

Ungar (2008) juga berpendapat bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk mengatasi kesulitan dan melanjutkan perkembangan kehidupannya seperti semula. Sedangkan resiliensi adalah karakter seseorang yang mampu untuk meringankan dampak negatif dan dapat beradaptasi secara positif terhadap stres yang dihadapi (Portzky, Wagnild, Bacquer & Audenaert., 2010).

Komponen Resiliensi

Wagnild dan Young (1993) membagi komponen resiliensi individu secara rinci. Menurut Wagnild dan Young (1993), terdapat lima komponen penting dari resiliensi yang kemudian membangun resilience core pada individu kelima komponen tersebut adalah:

  1. Equanimity, adalah perspektif yang dimiliki individu berkaitan dengan kehidupan dan pengalaman-pengalaman yang terjadi semasa hidup. Individu mampu memperluas sudut pandang sehingga membuat ia lebih fokus pada halhal yang positif daripada hal-hal negatif dari situasi sulit yang sedang ia alami. Individu yang resilien terlihat sebagai orang yang optimis karena ia mampu untuk bertahan dalam menjalani kehidupannya.
  2. Perseverance, adalah bentuk ketekunan seorang individu dalam kondisi sulit yang dihadapinya. Individu yang resilien akan terus maju meskipun dalam hal kesulitan, keputusasaan, dan kekecewaan. Individu memiliki kemampuan untuk resiliensi sehingga ia mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi (Reivich & Shatte. 2002). Satu hal yang dapat membangun perseverance adalah ketika individu mendapatkan hambatan dan kesulitan yang berulang maka mereka akan berusaha berjuang sampai akhir.
  3. Self-reliance adalah adanya keyakinan terhadap diri sendiri yang mana juga paham dengan apa yang dimiliki. Hal tersebut didapatkan dari pengalaman sehari-hari dan mampu untuk memecahkan masalah sehingga percaya akan kemampuan yang dimilikinya.
  4. Meaningfulness, adalah suatu kesadaran bahwa hidup memiliki tujuan dan diperlukan usaha untuk mendapatkan tujuan tersebut. Hal ini merupakan salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh individu yang resilien. Individu yang memiliki tujuan hidup ia akan mencapai dan berusaha terus untuk sesuatu selama hidupnya.
  5. Existential aloneness, adalah suatu kesadaran bahwa setiap individu memiliki kehidupan yang unik. Individu yang resilien akan belajar bagaimana cara untuk hidup dengan dirinya sendiri. Meskipun existential aloneness dalam konteks sosial, individu harus mampu bertindak secara mandiri, individu menerima dirinya apa adanya dengan semua kualitas dan kelemahan dirinya. Individu yang resilien mampu belajar untuk tidak bergantung kepada orang lain dalam menghadapi apapun yang terjadi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi

Rutter (1985) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mendorong terbentuk atau tidaknya resiliensi pada individu, yaitu faktor resiko dan faktor protektif. Berikut ini adalah pemaparan mengenai faktor-faktor tersebut:

1. Faktor Resiko

Faktor yang berasal dari diri individu atau lingkungan yang meningkatkan munculnya dampak negatif (Richman & Fraser, 2001). Setiap individu memiliki faktor resiko yang meliputi faktor biologis dan faktor genetik. Faktor resiko berasal dari ekonomi, kondisi budaya, atau medis yang memposisikan individu dalam resiko kegagalan ketika menghadapi situasi yang sulit. Dalam konteks resiliensi, situasi atau suatu hal tertentu sebagai faktor risiko yang mana besarnya hambatan, bahaya atau tekanan yang dirasakan oleh individu (Kalil, 2003). Faktor resiko menyebutkan bahwa adanya strategi coping maladaptive dikarenakan kondisi yang menekan, temperamen yang sulit seperti mudah marah dan mudah teriritasi, timbulnya perilaku disruptif, dan kecenderungan memusuhi orang lain (hostile) (Schollon, 2006).

2. Faktor Protektif

Faktor ini menjelaskan bahwa karakteristik individu dan kondisi lingkungan membantu individu untuk melawan resiko yang muncul pada individu yang mengalami masalah (Richman & Fraser, 2001). Rutter (1985) berpendapat bahwa faktor protektif merupakan prediktor yang sangat kuat untuk resiliensi dan berperan penting dalam proses yang melibatkan respon individu saat dihadapkan dengan situasi sulit. Faktor protektif memberikan pengaruh positif terhadap stress yang dialami.

a. Faktor Individu

Faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang dapat memainkan peran dan mempertahankan serta memulihkan kesejahteraan setelah peristiwa traumatis. Tingkat resilien melibatkan kepribadian dan coping seseorang antara hubungan kesulitan dan kesejahteraan (Luthar, 2000; Masten, 2007).

b. Faktor Sosial

Faktor-faktor yang berhubungan dengan sosial yang dimiliki, bagaimana individu dapat meminta dan mengharapkan dukungan sosial yang melibatkan keluarga, teman, rekan kerja, atau siapapun dalam jejaring sosial yang dapat memberikan dukungan sosial, emosional, dan bahkan finansial kepada individu tersebut. Berdasarkan penelitian (Adams & Kings, 1996) bahwa dukungan sosial dapat mengatasi stressor utama bagi yang kehilangan pekerjaan, perceraian, atau penyakit fisik kronis.

c. Faktor Komunitas

Ketahanan ini memperhitungkan kapasitas ekonomi, kelembagaan, ekologi, dan infrastruktur. Kemudian mengevaluasi komunitas mana yang paling tangguh dalam menghadapi kesulitan (Cutter, 2008; Norris, Stevens, Pfefferbaum, Wyche, & Pfefferbaum, 2008; Murphy, 2007).

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Resiliensi, Komponen Resiliensi, dan Faktornya Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar