Teori Loneliness (Kesepian): Definisi, Dimensi, Tipe, dan Faktornya Menurut Para Ahli
Teori Loneliness (Kesepian): Definisi, Dimensi, Tipe, dan Faktornya Menurut Para Ahli - Manusia terlahir memiliki akal dan perasaan. Terkadang persaan inilah yang banyak berperan ketika kita kecil dan memberikan pengaruh ketika manusia tumbuh beranjak dewasa. Perasaan ini atau bisa kita sebut emosi ini banyak macamnya mulai dari senang hingga sedih. Salah satunya yang akan universitaspsikologi.com bahas pada tulisan ini ialah kesepian atau loneliness. Pada tulisan berikut ini akan dibahas apa itu loneliness, aspek-aspek loneliness, dan faktor hingga tipe loneliness menurut para ahli.
Definisi Loneliness
Russell, Cutrona, Rose, dan Yurko (1984) mendefinisikan loneliness sebagai persepsi subjektif seseorang terkait kurangnya hubungan sosial yang dijalani, baik secara kuantitas atau kualitas. Gierveld (2006) mendefinisikan loneliness sebagai situasi yang dialami oleh individu dimana ada perasaan tidak menyenangkan atau tidak dapat diterima dari kualitas hubungan sosial tertentu. Hal ini termasuk situasi, dimana jumlah hubungan yang dimiliki lebih sedikit daripada yang diharapkan, serta situasi dimana keintiman dan keakraban yang diharapkan belum terealisasi. Sedangkan menurut Cacioppo, et al (2006) loneliness merupakan serangkaian perasaan kompleks yang terjadi ketika kebutuhan sosial seseorang tidak terpenuhi dan ada dorongan dari individu untuk mencari pemenuhan kebutuhan sosial tersebut.
Menurut Myers (2010), loneliness merupakan pengalaman menyakitkan yang berkaitan dengan ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang dibangun dengan yang diinginkanaindividu. Perasaan seperti itu cenderung muncul ketika hubungan yang diharapkan dengan orang lain dinilai bersifat sementara, telah rusak, atau dirasa kurang berkembang. Baron & Byrne (2005) menyebut bahwa loneliness merupakan keadaan emosi dan kognitif yang tidak bahagia, diakibatkan oleh hasrat akan hubungan akrab namun tidak dapat mencapainya. Weiss mengemukakan bahwa loneliness tidak disebabkan oleh kesendirian, namun disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan suatu hubungan atau rangkaian hubungan yang pasti, bisa juga karena tidak tersedianya hubungan yang dibutuhkan oleh individu tersebut (Peplau & Perlman, 1982).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan loneliness adalah perasaan subjektif tidak menyenangkan yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kesenjangan hubungan sosial yang dimiliki dan diharapkan, dan situasi dimana keintiman dan keakraban yang diharapkan belum terealisasi.
Teori Loneliness (Kesepian) |
Baca juga: Seperti Apa Penggunaan Smartphone Bermasalah?
Dimensi-dimensi (Aspek) Loneliness
Austin (1983) memaparkan bahwa ada tiga dimensi loneliness, yaitu:
a. Intimate Others
Intimate others adalah suatu perasaan dimana individu memiliki jarak dengan orang-orang terdekat. Intimate others menunjukkan perasaan individu mengenai dirinya yang tersisihkan dari orang lain disekitarnya, kurangnya orang lain untuk berbagi satu sama lain, dan perasaan dikucilkan.
b. Social Others
Social others merupakan suatu perasaan dimana individu merasa bahwa dirinya tidak memiliki jaringan sosial untuk membangun hubungan sosial dengan orang lain. Dimensi ini menunjukkan bahwa individu kurang memiliki hubungan sosial dimana individu merasa tidak ada orang yang bisa diandalkan dan merasa tidak ada yang memahami dirinya dengan baik. Individu juga tidak dapat menemukan hubungan pertemanan ketika ia menginginkannya.
c. Belonging and Affiliation
Belonging and Affiliation menunjukkan bahwa individu merasa tidak termasuk atau bukan merupakan bagian dari kelompok yang dianggap penting dalam hidupnya, dalam hal ini kelompok pertemanan. Individu merasa tidak cocok dengan orang lain disekitarnya. Individu juga merasa bahwa dirinya bukanlah orang yang cukup ramah dan bersahabat.
Tipe-tipe Loneliness
Weiss (dalam Bevinn, 2011) mengemukakan dua tipe loneliness, yaitu:
a. Emotional Loneliness
Emotional loneliness timbul akibat kurangnya hubungan pribadi yang erat atau attachment dengan orang lain. Weiss menggambarkan emotional loneliness sebagai kurangnya hubungan emosional yang dekat, dimana seseorang merasa diterima, aman, dipedulikan, dan dimengerti (Rotenberg & Hymel, 1999). Seseorang yang tidak memiliki hubungan dekat dengan orang lain akan mengalami emotional loneliness. Pada remaja, emotional loneliness dialami saat mereka kurang dekat atau tidak merasa terikat dengan pertemanan yang mereka jalani. Individu yang mengalami emotional loneliness kemungkinan akan mengalami kecemasan (anxiety), isolasi, dan terdorong untuk mencari orang lain untuk menciptakan hubungan yang dekat.
b. Social Loneliness
Social loneliness berasal dari tidak adanya kelompok atau jaringan sosial dan individu kurang terlibat dalam jaringan sosial antara teman, tetangga, atau rekan kerja. Weiss juga menggambarkan social loneliness sebagai defisit yang dirasakan dalam intergrasi sosial, dimana individu gagal menjadi bagian dari kelompok atau komunitas yang memiliki kesamaan minat dan melibatkan adanya kebersamaan dan aktivitas yang terorganisasi. Seseorang yang umumnya memiliki hubungan sosial yang sangat sedikit akan mengalami social loneliness. Individu yang mengalami social loneliness lebih mungkin untuk mengalami emosi kebosanan (boredom) dan tanpa tujuan (aimlessness). Selain itu, individu yang mengalami social loneliness didorong untuk menemukan jenis aktivitas yang dapat mereka ikuti, dimana anggota atau jaringan kelompok tersebut akan menerima mereka sebagai anggota.
Faktor-faktor Penyebab Loneliness
Menurut Cosan (2014) ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan loneliness, yaitu:
a. Karakteristik Personal
Beberapa karakteristik personal dapat menyebabkan individu merasakan loneliness. Individu yang pemalu, memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan introvert sulit untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain dikarenakan kekhawatiran terhadap diri sendiri. Individu dengan keterampilan sosial yang rendah akan memiliki kekurangan dalam keterampilan untuk membangun hubungan dekat dengan orang lain dan mempertahankan hubungan yang telah ada.
b. Pengalaman Masa Kecil
Pengalam masa kecil dapat menjadi penyebab loneliness. Penelitian menemukan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai merasakan perasaan loneliness yang mendalam. Semakin kecil usia anak saat orang tuanya bercerai maka semakin tinggi tingkat loneliness yang dirasakan.
c. Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Status Ekonomi
Berdasarkan pendapat Weiss, Cosan menyimpulkan bahwa loneliness dapat dikaitkan dengan jenis kelamin, status perkawinan, dan pendapatan.
d. Kelompok Usia
Remaja lebih rentan mengalami loneliness dibanding kelompok usia lainnya. Hal ini disebabkan karena remaja memiliki harapan yang tinggi terhadap hubungan sosial. Selain itu dapat juga disebabkan karena kesenjangan selama masa transisi ketika remaja meninggalkan hubungan dekat dengan keluarganya dan mencoba membangun hubungan sosial dengan teman-temannya.
e. Faktor Lain
Individu yang memiliki risiko tinggi terhadap loneliness adalah individu yang baru saja pindah rumah, bercerai atau kematian pasangan, kematian orang-orang terdekat, baru memasuki dunia kerja, siswa yang pindah sekolah, ibu-ibu yang anaknya sudah dewasa dan meninggalkan rumah, mahasiswa yang berada di kelas internasional, imigran, veteran, para pengangguran, narapidana, dan individu yang menderita disabilitas atau penyakit yang serius. Beberapa penyebab tersebut dapat menyebabkan loneliness sementara ataupun loneliness dalam waktu yang lama.
Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Loneliness (Kesepian): Definisi, Dimensi, Tipe, dan Faktornya Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar