Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kematangan Karier: Pengertian dan Aspek Kematangan Karir Menurut Para Ahli

Kematangan Karier: Pengertian dan Aspek Kematangan Karir Menurut Para Ahli - Seorang pekerja awalnya saat bekerja akan merasa canggung dan mulai beradaptasi agar pekerjaannya dapat berjalan dengan baik dan selesai. Dalam psikologi hal ini berkaitan dengan kematangan karir yang dimiliki seseorang  Berikut ini universitaspsikologi.com telah merangkum apa saja yang dimaksud dengan kematangan karir dan aspek-aspeknya menurut para ahli, silahkan disimak.

Pengertian Kematangan Karier

Ada banyak defenisi atau pengertian mengenai kematangan karier menurut para ahli. Menurut Super (dalam Saifuddin, 2018) kematangan karier adalah keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karier yang khas pada tahap perkembangan tertentu. Yost dan Corbishly (dalam Aji, dkk, 2010) kematangan karier adalah keberhasilan individu untuk menyesuaikan dan membuat keputusan karier yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya disebut kematangan karier. Brown & Brooks (dalam Nugrahaini dan Sawitri, 2015) kematangan karier adalah kemampuan individu untuk mencapai karir sesuai dengan tahap perkembangan karirnya. Kematangan karir dapat didefinisikan dengan membandingkan tugas perkembangan yang dilaluinya dengan tugas perkembangan pada usia tersebut. Selain itu, kematangan karir mengacu pada kemampuan individu untuk menyelesaikan dan menguasai tugas dalam karirnya.

Crites (dalam Saifuddin, 2018)  mendefinisikan kematangan karir sebagai suatu kesesuaian antara sikap dan perilaku karir individu yang nyata dengan sikap dan perilaku karier individu yang diharapkan pada rentang usia tertentu pada setiap fase perkembangan. Menurut Savickas (dalam Siregar, 2015) kematangan karier mengacu pada kesiapan individu untuk mencari informasi, untuk membuat keputusan karier yang sesuai dengan usia dan menangani tugas-tugas perkembangan karier. Zulkaida (dalam Srimulyani, 2013)  mendefinisikan kematangan karir sebagai keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karier yang khas pada tahap perkembangan tertentu.

Definisi lain dari kematangan karier dirumuskan oleh Levinson, dkk (dalam Saifuddin, 2018) kematangan karier adalah kemampuan seseorang dalam membuat keputusan mengenai gambaran dan rencana karier dimasa depan yang realistis. Pertimbangan tersebut disertai dengan adanya kesadaran akan sumber daya yang dibutuhkan guna mencapai rencana karier yang telah diputuskan.

Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam setiap tahap perkembangan karir.

Kematangan Karier: Pengertian dan Aspek Kematangan Karir Menurut Para Ahli
Pengertian Kematangan Karir
Baca juga: Penjelasan Mengenai Kelelahan Emosional (Psikologi)
Kematangan karier memiliki beberapa tahapan perkembangan. Menurut Super (dalam Saifuddin, 2018) merumuskan bahwa tahap proses perkembangan karier dapat dibagi menjadi lima fase, yaitu:

a. Fase Pengembangan (Growth)

Merupakan fase yang dimulai dari sejak individu lahir sampai usia 15 tahun, ketika anak-anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri.

b. Fase Eksplorasi (Eksploration)

Merupakan fase yang dimulai dari sejak individu berusia 15-24 tahun, ketika seseorang mulai memikirkan berbagai alternatif jabatan dan bidang pekerjaan, namun belum mengambil keputusan yang mengikat dan bulat.

c. Fase Pemantapan (Establishment)

Merupakan fase yang dimulai sejak individu berusia 22-44 tahun, dengan ciri-ciri usaha tekun untuk memantapkan diri melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu.

d. Fase Pembinaan (Maintenance)

Merupakan fase yang dimulai sejak individu berusia 45-64 tahun ketika individu yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatan dan pekerjaannya.

e. Fase Kemunduran (Decline)

Merupakan fase yang dimulai sejak individu memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan jabatannya.

Super, dkk (dalam Saifuddin, 2018) membagi tahap-tahap perkembangan karier dengan lebih detail menjadi lima tahap, yaitu:
  • Tahap pertumbuhan, tahap ini terbagi menjadi tiga subtahap, yaitu fantasi (usia 4 tahun sampai 10 tahun), minat (usia 11 tahun sampai 12 tahun), dan kapasitas (usia 13 tahun sampai 14 tahun).
  • Tahap eksplorasi, tahap ini terbagi menjadi tiga subtahap, yaitu sementara (usia 15 tahun sampai 17 tahun), transisi (usia 18 tahun sampai 21 tahun), dan percobaan (usia 22 tahun sampai 24 tahun).
  • Tahap penentuan, tahap ini terbagi menjadi dua subtahap, yaitu percobaan (usia 25 tahun sampai 30 tahun), dan stabilisasi (usia 30 tahun sampai 44 tahun).
  • Tahap pemeliharaan, tahap ini hanya terdiri dari satu tahap saja yaitu usia 45 tahun sampai usia 65 tahun.
  • Tahap penurunan, tahap ini terbagi menjadi dua subtahap, yaitu pelambatan (usia 65 tahun sampai dengan 70 tahun), dan pensiun (usia 71 tahun ke atas).
Menurut Ginzberg (dalam Saifuddin, 2018) tahap kematangan karier dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Tahap Fantasi (fantastic)

Tahap fantasi ini terjadi pada individu sebelum menginjak 11 tahun. Cirinya adalah anak membayangkan karier dan jenis pekerjaan yang dicita-citakan di masa depan. Bayangan ini tanpa disertai dengan perhatian akan kebutuhan, kemampuan, pendidikan, peluang kerja, persaingan kerja, dan pertimbangan realistis lainnya guna mencapai karier dan jenis pekerjaan yang dicita-citakan tersebut.

b. Tahap Tentatif (tentativ)

Tahap tentatif ini terjadi pada individu dengan usia 11 tahun sampai 17 tahun, yang terdiri dari empat fase, yaitu:

1. Fase minat, usia 11 tahun sampai 12 tahun, dimana pada fase ini remaja mencoba untuk menyadari minat dan bakatnya. Kesadaran akan minat dan bakatnya digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat pilihan rencana studi dan kerja.

2. Fase kemampuan, usia 13 tahun sampai 14 tahun, dimana pada fase ini remaja mulai menyadari akan imbalan yang akan diperoleh, syarat yang harus dipenuhi pada setiap pekerjaan, dan persiapan yang berbeda bagi setiap pekerjaan, serta melakukan evaluasi terhadap kemampuan dirinya dala menentukan tujuan studi lanjut dan karier.

3. Fase nilai, usia 13 tahun sampai 14 tahun, fase ini memiliki ciri ketika seorang remaja melakukan usaha untuk menyesuaikan antara persyaratan dan kualifikasi yang diperlukan ketika bekerja kelak dengan minat, bakat, kemampuan, kapasitas, dan nilai pribadi yang dimilikinya.

4. Fase transisi, usia 17 tahun, pada fase ini remaja mengalami peralian dari fase tentatif menuju fase realistis. Fase ini sebagai respons terhadap pengaruh dan tekanan dari sekolah, teman, dan orang tua. Pada fase ini remaja semakin dekat menghadapi masa depannya. sehingga sekolah dan orang tua telah menumpukan harapan pekerjaan yang akan dicapai oleh remaja.

c. Tahap Realistik (Realistic)

Tahap ini terjadi pada individu sejak usia 17 tahun. Pada tahap ini individu telah mempertimbangkan studi lanjut dan karier dengan pertimbangan yang sangat kompleks. Tahap ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu:

1. Fase eksplorasi (exploration phase), terjadi pada usia 17 tahun sampai 18 tahun. Pada fase ini remaja berusaha mencari informasi karier secara intensif sebagai bekal guna memilih karier.

2. Fase kristalisasi (crystalization phase), fase ini terjadi pada usia 19 tahun sampai usia 21 tahun. pada fase ini remaja sudah mulai mengerucutkan atau fokus pada pandangan dan pilihan kariernya serta menumbuhkan komitmennya guna mencapai rencana kariernya tersebut.

3. Fase spesifikasi (spesification phase), fase ini terjadi pada usia 2 tahun. Pada fase ini remaja sudah memiliki gambaran karier yang jelas dan menggunakan sumber dayanya untuk mencapai rencana kariernya.

Tahapan Realistik (Penjelasan Lanjutan)

Tahap realistis yang dirumuskan oleh Ginzberg hampir sama dengan tahapan perkembangan vokasional yang dirumuskan Super, yaitu:

a. Tahap Kristalisasi

Terjadi pada individu saat berusia 14-18 tahun. Tahap ini berupa sikap memformulasikan kecenderungan vokasional (jurusan dan karier) dengan mencari informasi dan sumber daya.

b. Tahap Spesifikasi

Terjadi pada individu ketika berusia 18-21 tahun. Tahap ini terjadi ketika seseorang sudah memilikijurusan dan karier yang spesifik dan fokus.

c. Tahap Implementasi

Terjadi ketika individu berusia 21 tahun sampai 24 tahun. Tahap ini terjadi ketika sesorang mengimplementasikan pilihan jurusan studi lanjutnya dan kariernya.

d. Tahap Stabilisasi

Terjadi ketika seseorang berumur 24 tahun sampai 35 tahun. Tahapan stabilitas adalah tahapan perkembangan vokasional ketika seseorang sudah stabil mengimplementasikan kariernya dan berusaha mengembangkannya.

e. Tahap Konsolidasi

Terjadi ketika individu berumur lebih dari 35 tahun. Tahapan konsolidasi adalah tahapan perkembangan vokasional saat seseorang berusaha meraih senioritas dalam jenjang kariernya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan kematangan karier individu sudah dimulai sejak masa anak-anak hingga lanjut usia, yang terdiri dari fase pengembangan, eksplorasi, pemantapan, pembinaan, dan kemunduran. Pada setiap fasenya memiliki ciri khas perkembangan kariernya masing-masing.

Aspek-aspek Kematangan Karier

Kematangan karier adalah suatu variabel yang tersusun dari beberapa aspek. Super (dalam Saifuddin, 2018) mengungkapkan terdapat empat aspek kematangan karier remaja, yaitu:

a. Perencanaan (Planfulness), yaitu kesadaran individu bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan karier serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut.

b. Eksplorasi (Eksploration), yaitu individu secara aktif menggunakan berbagai sumber untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja umumnya dan untuk memilih salah satu bidang pekerjaan dan studi lanjut khususnya.

c. Kompetensi Informasional (Information), yaitu individu dengan kompetensi yang berkembang dengan baik memiliki pengetahuan yang cukup untuk menggunakan informasi tentang studi lanjut dan karier yang dimiliki untuk dirinya, serta mulai mengkristalisasikan pilihan pada bidang dan tingkat pekerjaan tertentu.

d. Pengambilan Keputusan (Decision Making), yaitu individu mengetahui apa yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan pendidikan dan karier, kemudian membuat pilihan studi lanjut dan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan.

Langley, dkk (dalam Saifuddin, 2018) mengemukakan bahwa terdapat lima aspek kematangan karier, yaitu:
  • Informasi tentang diri sendiri seperti kebutuhan, bakat, minat, peran hidup, nilai kerja, minat terhadap jabatan dan pekerjaan, dan informasi lain yang relevan.
  • Kemampuan untuk mengambil keputusan yang efektif dalam memilih studi lanjut dan karier.
  • Pengetahuan tentang dunia kerja, misalkan jenis-jenis pekerjaan, kualifikasi yang dibutuhkan dalam setiap pekerjaan, tingkat persaingan setiap jenis pekerjaan, dan peluang kerja.
  • Kemampuan untuk mengintegrasikan informasi diri dengan informasi karier. Aspek ini meliputi usaha seseorang dalam menyesuaikan sumber daya dirinya guna mewujudkan rencana kariernya. Usaha ini salah satunya berupa penentuan jurusan sekolah dan kuliah.
  • Kemampuan untuk membuat dan mengimplementasikan suatu rencana karier. Kemampuan ini berwujud sikap yang memilih salah satu karier dan pekerjaan, dengan mengikuti seleksi kerja dan melaksanakan tugas-tugas pekerjaan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kematangan karier terdiri dari beberapa aspek, yaitu aspek perencanaan (planfulness), aspek eksplorasi (eksploration), aspek kompetensi informasi (information), dan aspek pengambilan keputusan (decision making).

Faktor-faktor  yang Mempengaruhi Kematangan Karier

Menurut Ginzberg (dalam Saifuddin, 2018) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kematangan karier, yaitu:

a. Faktor realitas, yaitu individu mendapat tekanan dan penghargaan dari lingungan untuk membuat keputusan mengenai komitmen terhadap pekerjaan.

b. Proses pekerjaan, yaitu jenis dan lama pendidikan atau pelatihan yang ditempuh juga dapat mempercepat atau menghambat perkembangan karier individu.

c. Faktor individual, yaitu stabilitas emosi, penggunaan proses kognitif operasional formal dan kemampuan berkontribusi secara signifikan dalam perkembangan karier dan nilai individu.

Menurut Super (dalam Siregar, 2015) faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karier seseorang adalah sebagai berikut:

a. Educational Level

Tingkat pendidikan mempengaruhi kematangan karier individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula tingkat kematangan karier yang dimiliki individu.

b. Race Ethnicity

Kelompok minoritas sering dikaitkan dengan kematangan karier yang rendah yang berhubungan dengan orang tua. Jika orang tua mendukung anaknya walaupun mereka berasal dari kelompok minoritas, anak tersebut tetap akan memiliki kematangan tang baik.

c. Locus Of Control

Individu yang memiliki locus of control internal yang baik akan memiliki kematangan karier yang baik juga.

d. Social Economi Status

Individu yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah menunjukkan nilai yang rendah pada kematanagan karier. Hal ini ditandai dengan kurangnya akses terhadap informasi tentang pekerjaan, figur teladan dan anggapan akan rendahnya kesempatan kerja.

e. Work Salience

Pentingnya pekerjaan mempengaruhi individu dalam membuat pilihan, kepuasan kerja yang merujuk pada komitmen kerja, serta kematangan karier pada siswa SMA/SMK dan mahasiswa.

f. Gender

Wanita memiliki nilai karier yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih rentan dalam memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses perkembangan karier, dan kurang mampu untuk membuat keputusan karier yang tepat dibandingkan dengan laki-laki.

Menurut Winkel (dalam Saifuddin, 2018) faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karier terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor Internal, terdiri dari nilai-nilai kehidupan (values), taraf inteligensi, bakat khusus, minat, sifat/ciri kepribadian, dan pengetahuan.

b. Faktor Eksternal, terdiri dari lingkungan sosial budaya tempat seseorang dibesarkan, status sosial ekonomi keluarga, pengaruh keluarga, pendidikan sekolah, pergaulan dengan teman sebaya, dan tuntutan yang melekat pada pekerjaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karier terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang terdiri dari nilai-nilai kehidupan (values), taraf  inteligensi, bakat khusus, minat, pengetahuan dan sifat/ciri kepribadian yang termasuk didalamnya adalah konsep diri. Faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan sosial budaya tempat seseorang dibesarkan, status sosial ekonomi keluarga, pengaruh keluarga yang termasuk di dalamnya adalah dukungan sosial keluarga, pendidikan sekolah, pergaulan dengan teman sebaya, dan tuntutan yang melekat pada pekerjaan.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Kematangan Karier: Pengertian dan Aspek Kematangan Karir Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar untuk "Kematangan Karier: Pengertian dan Aspek Kematangan Karir Menurut Para Ahli"