Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Self Efficacy (Keyakinan) dan Aspek-aspek Self Efficacy Menurut Para Ahli

Pengertian Self Efficacy (Keyakinan) dan Aspek-aspek Self Efficacy Menurut Para Ahli - Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012) mendefinisikan bahwa efikasi diri adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugasnya atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Menurut Trouillet (dalam Irfan dan Suprapti, 2014) mendefenisikan Self Efficacy adalah pertimbangan seseorang yang mempengaruhi bagaimana seseorang menghadapi situasi eksternal.

Menurut King (dalam Sulistyowati, 2016) self efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan berbagai hasil positif. Merideth (dalam Triana, 2017) menyatakan bahwa self efficacy merupakan penilaian seseorang akan kemampuan pribadinya untuk memulai dan berhasil melakukan tugas yang ditetapkan pad tingkat yang ditunjuk, dalam upaya yang lebih besar, dan bertaha dalam menghadapi kesulitan.

Menurut Friedman dan Schustack (dalam Ujam Jaenudin, 2015) mendefenisikan self efficacy adalah ekspentasi keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh individu mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu. Sejalan dngan pendapat diatas, Woolfilk (dalam Della, 2017) memandang self efficacy mengacu pada pengetahuan individu tentang kemampuannya sendiri untuk menyelesaikan tugas tertetu tanpa perlu membandingkan dengan kemampuan orang lain.
Pengertian Self Efficacy (Keyakinan) dan Aspek-aspek Self Efficacy Menurut Para Ahli
Pengertian Self Efficacy
Baca juga: Pengertian Deprivasi Relatif
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Self Efficacy adalah suatu keyakinan yang ada dalam diri seseorang atau individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan dan melaksanakan tugas yang dihadapi sehingga dapat mengatasi suatu hambatan atau rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkannya.

Aspek-aspek Self Efficacy

Bandura (dalam Ghufron dan Rini Risnawati, 2012) mengemukakan bahwa self efficacy individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:

1. Tingkat (Level) 

Tingkat Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.

2. Kekuatan (Strength) 

Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Self-efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.

3. Keluasan (Generality) 

Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki self-efficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja. Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek self-efficacy pada tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi yaitu dimensi tingkat (level), dimensi kekuatan (strenght), dimensi generalisasi (generality)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Menurut Bandura (dalam Rahayu, 2013), ada empat faktor penting yang digunakan individu dalam membentuk self-efficacy, yaitu:

a. Pengalaman Keberhasilan (Mastery Experience)

Mastery experience merupakan prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu. Sebagai sumber, pengalaman masa lalu menjadi pengubah self-efficacy yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi yang bagus meningkatkan ekspektasi self-efficacy, sedangkan kegagalan menurunkan ekspektasi self-efficacy.

Dampak dari self-efficacy berbeda-beda, tergantung dari proses pencapaiannya, yaitu:

1) Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat self-efficacy semakin tinggi.

2) Kerja sendiri lebih meningkatkan self-efficacy dibandingkan kerja kelompok atau dibantu orang lain.

3) Kegagalan menurunkan self-efficacy, kalau orang merasa sudah melakukannya dengan sebaik mungkin.

4) Kegagalan ketika dalam suasana emosional atau stres, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.

5) Kegagalan ketika orang memiliki self-efficacy tinggi, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang memiliki self-efficacy rendah.

6) Orang yang biasa berhasil sesekali gagal tidak mempengaruhi self efficacy.

b. Pengalaman Orang lain (Vicarious Experience)

Diperoleh melalui model sosial. Self-efficacy akan meningkat ketika individu mengamati keberhasilan orang lain, ketika melihat orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang atau tugas melalui usaha yang tekun, individu juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya, self-efficacy dapat turun ketika orang yang diamati gagal walapun telah berusaha dengan keras, individu juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut.

Peran vicarious experience terhadap self-efficacy seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi diri individu tersebut tentang dirinya memiliki kesamaan dengan model. Semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan model, maka kesuksesan dan kegagalan model akan semakin mempengaruhi self-efficacy pada dirinya. Sebaliknya apabila individu merasa dirinya semakin berbeda dengan model, maka self efficacy menjadi semakin tidak dipengaruhi oleh perilaku model. Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan dirinya, dengan mengamati perilaku dan cara berfikir model tersebut akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan.

c. Persuasi Verbal (Verbal Persuasion)

Self-efficacy juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi verbal. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat, persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi self efficacy. Kondisi ini adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistis dari apa yang dipersuasikan. Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan–kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu besar, karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan terusmenerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.

d. Keadaan Emosional

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi self-efficacy dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas dan stres dapat mengurangi self-efficacy, namun bisa juga terjadi peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan self-efficacy. Perubahan tingkah laku dapat terjadi kalau sumber ekspektasi self-efficacy berubah. Perubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat faktor penting yang digunakan individu dalam membentuk self efficacy, yaitu:

1) Pengalaman keberhasilan (mastery experience), merupakan prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu.

2) Pengalaman orang lain (vicarious experience), diperoleh melalui model sosial. Self-efficacy akan meningkat ketika individu mengamati keberhasilan orang lain.

3) Persuasi verbal (verbal persuasion), pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Keadaan emosi, keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi self-efficacy dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas dan stres dapat mengurangi self efficacy.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penting yang digunakan individu dalam membentuk self-efficacy, yaitu pengalaman keberhasilan (mastery experience), pengalaman orang lain (vicarious experience), persuasi verbal (verbal persuasion) dan keadaan emosional.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Self Efficacy (Keyakinan) dan Aspek-aspek Self Efficacy Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar untuk "Pengertian Self Efficacy (Keyakinan) dan Aspek-aspek Self Efficacy Menurut Para Ahli"