Pengertian Cyberloafing dan Tipe-tipe Perilaku Cyberloafing Menurut Para Ahli

Daftar Isi
Pengertian Cyberloafing dan Tipe-tipe Perilaku Cyberloafing Menurut Para Ahli - Dalam berkerja selalu banyak terjadi hal-hal yang dapat membuat kerja tidak produktif. Gadget atau komputer yang terhubung dengan internet selalu menjadi penghalang bagi setiap orang untuk fokus bekerja karena tidak bisanya atau sulit individu tersebut mengontrol dirinya. Cyberloafing merupakan prilaku yang membuang waktu pada urusan (internet) diluar pekerjaan. Untuk penjelasannya secara detail universitaspsikologi.com telah merangkumnya pada tulisan tentang cyberloafing di berikut ini.

Pengertian Cyberloafing

Menurut Blanchard dan Henle (dalam Doorn, 2011) cyberloafing didefinisikan sebagai penggunaan email dan internet organisasi untuk kegiatan yang tidak  berkaitan dengan pekerjaan selama jam kerja.

Menurut Lim (dalam Putri, 2016) cyberloafing merupakan tindakan karyawan yang disengaja dengan penggunaan akses internet milik perusahaan untuk hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan selama jam kerja.

Menurut Herdiati et,all (dalam Salim dan Winata, 2018) cyberloafing adalah perilaku penggunaan internet oleh pekerja selama jam kerja untuk keperluan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Menurut Robinson dan Bennett (dalam Anugrah dan Margareta, 2013) cyberloafing merupakan penyimpangan kerja mengacu pada perilaku sukarela yang signifikan melanggar norma-norma organisasi, dan dengan demikian, mengancam kesejahteraan organisasi atau anggotanya.

Ozler dan Polat (dalam Sari dan Ratnaningsih, 2018) mengungkapkan, cyberloafing terjadi disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternal digolongkan menjadi faktor organisasi dan faktor situasional sedangkan faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu.

Berdasarkan pengertian cyberloafing di atas dapat disimpulkan bahwa cyberloafing merupakan perilaku cyberloafing adalah perilaku menyimpang karyawan yang menggunakan akses internet perusahaan maupun pribadi untuk tujuan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan selama jam kerja, seperti hiburan, belanja online, internet messaging, memposting ke newsgroups dan mengunduh file yang tidak berhubungan dengan pekerjaan sehingga dapat menurunkan kinerja karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugas utama pekerjaan.
Pengertian Cyberloafing dan Tipe-tipe Perilaku Cyberloafing Menurut Para Ahli
Apa itu Cyberloafing?
Baca juga: Aspek-aspek Self Control Menurut Ahli

Tipe-tipe Perilaku Cyberloafing

Menurut Blanchard dan Henle (dalam Salim dan Winata, 2018), cyberloafing terbagi menjadi dua tingkatan yaitu:

a. Minor Cyberloafing

Minor cyberloafing merupakan tipe cyberloafing dimana pegawai terlibat dalam berbagai bentuk perilaku penggunaan internet umum yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Minor cyberloafing terdiri dari penggunaan e-mail atau browsing situs hiburan. Contoh-contoh dari minor cyberloafing yaitu mengirim dan menerima e-mail pribadi, mengunjungi situs olah raga, memperbarui status jejaring sosial, serta berbelanja online. Minor cyberloafing mirip dengan perilaku umum lain yang tidak sepenuhnya ditoleransi di tempat kerja, seperti mengangkat telpon pribadi atau mengobrol hal-hal yang bersifat pribadi saat sedang bekerja.

b. Serious Cyberloafing

Serious cyberloafing merupakan tipe cyberloafing dimana pegawai terlibat dalam berbagai bentuk perilaku penggunaan internet yang bersifat lebih berbahaya karena melanggar norma perusahaan dan berpotensi ilegal. Contoh-contoh dari perilaku serious cyberloafing adalah judi online, mengelola situs milik pribadi, serta membuka situs yang mengandung pornografi.

Faktor-faktor Perilaku Cyberloafing

Menurut Ozler dan Polat (dalam Salim dan Winata, 2018), terdapat tiga faktor yang menyebabkan munculnya perilaku cyberloafing yaitu:

a. Faktor Individual

Faktor individual berpengaruh terhadap muncul atau tidaknya perilaku cyberloafing melalui faktor-faktor berikut:

1) Persepsi dan Sikap
Individu yang memiliki sikap positif terhadap komputer lebih mungkin menggunakan komputer kantor untuk alasan pribadi. Selain itu, terdapat hubungan yang positif antara sikap mendukung terhadap cyberloafing dengan perilaku cyberloafing. Individu yang merasa bahwa penggunaan internet akan memiliki dampak terhadap performansi kinerja ketika terlibat dalam perilaku cyberloafing.

2) Sifat Pribadi
Perilaku individu pengguna internet akan menunjukkan berbagai motif psikologis yang dimiliki oleh individu tersebut. Trait pribadi seperti shyness (rasa malu), loneliness (kesepian), isolation (isolasi), self contro (kontrol diri), harga diri, dan locus of control mungkin dapat memengaruhi bentuk penggunaan internet individu. Bentuk penggunaan internet yang dimaksud adalah kecenderungan individu mengalami kecanduan atau penyalahgunaan internet.

3) Kebiasaan dan Adiksi Internet
Kebiasaan mengacu pada serangkaian situasi dan perilaku yang otomatis sehingga terjadi tanpa disadari atau tanpa pertimbangan untuk merespon isyarat-isyarat khusus di lingkungan.

4) Faktor Demografis
Beberapa faktor demografis seperti status pekerjaan, persepsi otonomi di dalam tempat kerja, tingkat gaji, pendidikan, dan jenis kelamin merupakan prediktor penting dari cyberloafing.

5) Keinginan untuk Terlibat, Norma Sosial, dan Kode Etik Personal
Persepsi individu mengenai larangan etis terhadap cyberloafing berdasarkan sudut pandang dari individu tersebut.

b. Faktor Organisasi

Beberapa faktor organisasi juga dapat menentukan kecenderungan pegawai untuk melakukan cyberloafing. Beberapa faktor organisasi tersebut yaitu:

1) Pembatasan Penggunaan Internet
Perusahaan dapat membatasi penggunan komputer saat bekerja melalui kebijakan perusahaan atau pencegahan penggunaan teknologi di kantor.

2) Hasil yang Diharapkan
Ketika pegawai memilih online untuk tujuan pribadi saat bekerja, ia memiliki harapan tertentu bahwa perilaku dapat memenuhi kebutuhan dan membuat individu terhindar dari konsekuensi negatif.

3) Dukungan Manajerial
Dukungan manajerial terhadap penggunaan internet saat bekerja tanpa menjelaskan bagaimana menggunakan fasilitas dapat meningkatkan penggunaan internet untuk tujuan pribadi. Dukungan ini dapat disalahartikan oleh pegawai sebagai sebuah dukungan terhadap semua tipe penggunaan internet, sehingga memunculkan perilaku cyberloafing.

4) Pandangan Rekan Kerja tentang Norma Cyberloafing
Pegawai melihat rekan kerja sebagai role model (panutan) dalam organisasi, sehingga perilaku cyberloafing dipelajari dengan mengikuti perilaku yang dilihatnya dalam lingkungan organisasi. Individu yang mengetahui bahwa rekan kerjanya juga melakukan cyberloafing, akan lebih mungkin untuk melakukan cyberloafing.

5) Sikap Kerja Pegawai
Perilaku cyberloafing merupakan respon emosional pegawai terhadap pengalaman kerja yang membuatnya frustrasi. Sehingga dapat diterima bahwa sikap kerja memengaruhi cyberloafing.

6) Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan tertentu akan mengarah pada perilaku cyberloafing dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas atau melepas kebosanan. Pekerjaan yang kreatif akan memiliki lebih banyak tuntutan dan tidak membosankan, sehingga pegawai
akan lebih jarang melakukan cyberloafing.

c. Faktor Situasional

Perilaku penyimpangan internet biasanya terjadi ketika pegawai memiliki akses terhadap internet di tempat kerja, sehingga hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor situasional yang memediasi perilaku pegawai tersebut.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Cyberloafing dan Tipe-tipe Perilaku Cyberloafing Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar