Teori Stres Akademik Menurut Para Ahli

Daftar Isi
Teori Stres Akademik Menurut Para Ahli - Dalam proses belajar, hal yang sering melanda adalah rasa bosan apalagi ketika berada di ruang kelas bagi sebagian orang. Rasa bosan tersebut cenderung bisa berubah menjadi keadaan yang membuat peserta didik menjadi stres atau bisa disebut stres akademik. Banyak hal yang dapat menghilangkan stres dalam proses belajar sehingga proses belajar berjalan dengan baik. Namun, sebelum itu kita harus mengetahui lebih dalam dulu mengenai stres akademik ini, universitaspsikologi.com telah merangkumnya pada tulisan di bawah ini, silahkan disimak.
Teori Stres Akademik Menurut Para Ahli
Stres Akademik
Baca juga: Teori Gaya Kepemimpinan

Pengertian Stres

Hammen (dalam Saputra, 2012) menyatakan stress dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuanya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntuan tersebut. Stres adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi keika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunya jalan keluarnya atau banyak fikiran yang sedang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang dilakukannya Clonninger (dalam Saputra, 2012).

Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino dalam Rahmawati, 2012).Stres merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan seseorang.Stres dapat mempengaruhi setiap orang, termasuk remaja.

Menurut Sarafino (dalam Rahmawati, 2012) stres adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut.Maksudnya adalah bahwa ketidaksesuaian yang dihadapi oleh siswa itu berada pada tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa.Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut dengan stres akademik.

Menurut Santrock (dalam Rahmawati, 2012) stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dimana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk memenuhinya yang dinilai potensial membahayakan, mengancam, mengganggu dan tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping.

Pengertian Stres Akademik 

Menurut Hardjana (dalam Harvinta, 2015) stress akademik sebagai ketegangan akibat terlalu banyaknya tugas yang harus dikerjakan individu. Olejnik dan Holschuh (dalam Hasfrentia, 2016) mengambarkan stres akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa.Respon terhadap stresor akademik terdiri dari cognitive, behavior, physical, affective. Cognitive response yaitu respon yang muncul dari pemikiran, seperti: kehilangan rasa percaya diri, takut gagal, sulit berkonsentrasi, cemas akan masa depan, melupakan sesuatu, dan berfikir terus-menerus mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan. Behavior response adalah respon yang muncul dari perilaku, seperti menarik diri, menggunakan obat-obatan dan alkohol, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, dan menangis tanpa alasan.Physical response adalah respon yang muncul dari reaksi tubuh, seperti: telapak tangan berkeringat, kecepatan jantung meningkat, mulut kering, merasa lelah, sakit kepala, rentan sakit, mual, dan sakit perut. Affective response adalah respon yang muncul dari perasaan, seperti: cemas, mudah marah, murung, dan merasa takut.

Sebagian besar sumber stres siswa berasal dari masalah akademik (Elias dalam Taufik & Ifdil 2013). Stres di bidang akademik pada anak muncul ketika harapan untuk meraih prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya. Harapan tersebut seringkali tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki (Shahmohammadi dalam  Taufik& Ifdil 2013).

Desmita dan Greenberg (dalam Oktamiati dan Putri, 2014) mengungkapkan bahwa salah satu stres yang di timbulkan oleh sekolah adalah stres akademik. Stres akademik adalah stres yang bersumberkan dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar atau lebih dikenal dengan tekanan akademik dan tekanan teman sebaya.

Heiman & Kariv (dalam Nurmaliyah, 2014) juga menjelaskan, bahwa stres akademik merupakan stres yang disebabkan oleh academic stressor dalam proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, misalnya: tekanan untuk naik kelas, lama belajar, kecemasan menghadapi ujian, banyaknya tugas yang harus diselesaikan, mendapat nilai ulangan yang jelek, birokrasi yang rumit, keputusan menentukan jurusan dan karir, dan manajemen waktu.

Stres akademik adalah stres yang muncul karena adanya tekanan-tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan (Alvin dalam Rahmawati, 2012).

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres akademik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan.

Aspek-aspek Stres Akademik 

Hardjana (dalam Harvinta, 2015) mengatakan bahwa aspek stres akademik
antara lain:

a. Fisikal

Sakit kepala, pusing, susah tidur, sakit punggung, mencret, sulit buang air besar, gatal-gatal, urat tegang, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, banyak berkeringat, seleramakan berubah, lelah, banyak melakukan kesalahan dalam kerja dan hidup.

b. Emosional

Cemas, sedih, depresi, mudah menangis, mood berubah-ubah cepat, gugup, harga diri turun, merasa tidak aman, mudah tersinggung, marah-marah, gampang bermusuhan, emosi, mongering, dan burn out.

c. Intelektual

Susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, kehilangan rasa humor, mutu kerja rendah.

d. Interpersonal 

Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, menyerang orang dengan kata-kata, mendiamkan orang lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik 

Alvin (dalam Rahmawati, 2012) mengemukakan bahwa stres akademik ini diakibatkan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.

1) Faktor internal yang mengakibatkan stres akademik, yaitu:

a. Pola pikir 

Individu yang berfikir mereka tidak dapat mengendalikan situasi mereka cenderung mengalami stres lebih besar. Semakin besar kendali yang siswa pikir dapat ia lakukan, semakin kecil kemungkinan stres yang akan siswa alami.

b. Kepribadian 

Kepribadian seorang siswa dapat menentukan tingkat toleransinya terhadap stres.Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan siswa yang sifatnya pesimis.

c. Keyakinan 

Penyebab internal selanjutnya yang turut menentukan tingkat stres siswa adalah keyakinan atau pemikiran terhadap diri.Keyakinan terhadap diri memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan situasi-situasi disekitar individu. Penilaian yang diyakini siswa, dapat mengubah cara berfikirnya terhadap suatu hal bahkan dalam jangka panjang dapat membawa stres secara psikologis.

2) Faktor eksternal yang mengakibatkan stres akademik, yaitu:

a. Pelajaran lebih padat 

Kurikulum dalam sistem pendidikan telah ditambah bobotnya dengan standar lebih tinggi.Akibatnya persaingan semakin ketat, waktu belajar bertambah dan beban pelajar semakin berlipat.Walaupun beberapa alasan tersebut penting bagi perkembangan pendidikan dalam negara, tetapi tidak dapat menutup mata bahwa hal tersebut menjadikan tingkat stres yang dihadapi siswa meningkat pula.

b. Tekanan untuk berprestasi tinggi 

Para siswa sangat ditekan untuk berprestasi dengan baik dalam ujian-uijan mereka.Tekanan ini terutama datang dari orang tua, keluarga guru, tetangga, teman sebaya, dan diri sendiri.

c. Dorongan status sosial 

Pendidikan selalu menjadi simbol status sosial. Orang-orang dengan kualifikasi akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan yang tidak berpendidikan tinggi akan dipandang rendah. Siswa yang berhasil secara akademik sangat disukai, dikenal, dan dipuji oleh masyarakat.Sebaliknya, siswa yang tidak berprestasi di sekolah disebut lamban, malas atau sulit.Mereka dianggap sebagai pembuat masalah dan cendrung ditolak oleh guru, dimarahi orang tua, dan diabaikan teman-teman sebayanya.

d. Orang tua saling berlomba 

Dikalangan orang tua yang lebih terdidik dan kaya informasi, persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan dalam berbagai aspek juga lebih keras. Seiring dengan menjamurnya pusat-pusat pendidikan informal, berbagai macam program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet, dan drama yang juga menimbulkan persaingan siswa terpandai, terpintar dan serba bisa.  Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi stres akademik adalah faktor internal yaitu pola pikir, kepribadian, dan keyakinan sedangkan faktor eksternal yaitu pelajaran lebih padat, tekanan untuk berprestasi tinggi, dorongan status sosial dan orang tua saling berlomba.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stress akademik  adalah pola pikir, kepribadian, keyakinan, belajar yang lebih padat, tekanan untuk berprestasi tinggi, dorongan status sosial dan orang tua saling berlomba.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Stres Akademik Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar