Pengertian Stres Kerja dan Gejala Stres Kerja Menurut Para Ahli

Daftar Isi
Pengertian Stres Kerja dan Gejala Stres Kerja Menurut Para Ahli - Anda tahu negara apa yang mempunyai etos kerja yang sangat tinggi, bahkan mereka tidak suka dengan yang namanya libur panjang? Ya, negara itu adalah negara Jepang, mempunyai etos kerja seperti slogan pemerintahan saat ini kerja, kerja, kerja. Namun, apakah psikologi mereka aman-aman saja? tidak juga sebab ada yang namanya stres kerja. Stres kerja merupakan hal yang sudah pasti dialami oleh setiap karyawan atau pekerja, bahkan seorang bos sekali pun pernah mengalami stres dalam bekerja. Banyak hal yang memicu stres kerja kita sudah membahas hal tersebut pada artikel sebelumnya. Untuk lebih pahamnya apa itu stres kerja simak terlebih dahulu tulisan di bawah ini.
Pengertian Stres Kerja dan Gejala Stres Kerja Menurut Para Ahli
Stres Kerja (Stress Out)
Baca juga: Faktor-faktor Masalah dalam Stres Kerja

Stres Kerja

Pengertian Stres Kerja

Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin stingere yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce, stress. Stres merupakan suatu keadaan di mana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang memengaruhi dirinya (Nasrudin, 2010). Stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya (Hardjana dalam Nasrudin, 2010).

Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2011) stres adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut Baron & Greenberg (dalam Khaira, 2014) mendefenisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Sedangkan menurut Dwight (dalam Khaira, 2014) stres adalah suatu perasaan ragu terhadap kemampuannya untuk mengatasi sesuatu karena persedian yang ada tidak dapat memenuhi tuntutan kepadanya.

Clonninger (dalam Safaria dkk, 2012) mengemukakan stres adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya. Menurut Kendall dan Hammen (dalam Safaria dkk, 2012) menyatakan stres dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Sedangkan menurut King (2010) stres adalah respon individu terhadap perubahan dalam lingkungan dan peristiwa yang mengancam kemampuan coping mereka.

Menurut Fincham dan Rhodes (dalam Munandar, 2008) stres yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik adalah hasil dari tidak atau kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif.

Menurut Robbin (dalam Khaira, 2014) stres merupakan kondisi dinamis dimana seseorang individu dihadapkan dengan kesempatan, keterbatasan atau tuntutan sesuai dengan harapan dari hasil yang ingin dia capai dalam kondisi penting dan tidak menentu. Stres adalah suatu kondisi yang selalu dihindari oleh individu. Namun seringkali pekerjaan seseorang justru menimbulkan stres bagi dirinya. Stres pun pasti dialami oleh setiap orang apalagi jika dihubungkan dengan pekerjaan yang dijalaninya sehari-hari. Stres yang kemunculannya mengacu pada pekerjaan seseorang disebut dengan stres kerja (Austin dalam Jumilah, 2015).

Menurut Gibson (dalam Khaira, 2014) stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respons. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Defenisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dngan respons individu. Pendekatan stimulus-respons mendefenisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respons individu.

Menurut Beehr dan Newman (dalam Wulandari dkk, 2013) stres kerja merupakan suatu bentuk tanggapan atau respon secara fisik maupun mental seseorang terhadap lingkungannya yang dirasakan menganggu dan mengancam dirinya dan mempengaruhi proses berfikir, emosi dan kondisi fisik seseorang. Riggio (dalam Almasitoh, 2011) mengatakan stres kerja sebagai reaksi fisiologis dan atau psikologis terhadap suatu kejadian yang dipersepsi individu sebagai ancaman. Waluyo (2009) juga berpendapat bahwa stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku.

Stres kerja merupakan sebuah respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan proses psikologi individu yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada seseorang (Ivancevich dkk dalam Wulandari, 2012). Stres biasanya dianggap sebagai istilah negatif, stres dianggap terjadi karena disebabkan oleh suatu yang buruk namun tidak selalu berarti demikian karena stres yang dimaksud adalah stres kerja yang artinya suatu bentuk interaksi individu terhadap lingkungannya.

Robbins (dalam Almasitoh, 2011) mendefenisikan stres kerja merupakan beban kerja yang berlebihan, perasaan susah dan ketegangan emosional yang menghambat performance individu. Sedangkan Tarupolo (dalam Ruslina, 2014) mendefinisikan stres kerja adalah suatu proses yang menyebabkan seseorang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja tertentu.

Keenan dan Newton (dalam Ruslina, 2014) mengemukakan stres kerja adalah perwujudan dari kekaburan peran, konflik peran dan beban kerja yang berlebihan, sehingga kondisi tersebut dapat mengganggu prestasi dan kemampuan individu untuk bekerja.  Sedangkan menurut Smet (dalam Wijanarko, 2016) juga berpendapat bahwa setiap pekerjaan bisa dikatakan sebagai penyebab munculnya stres, karena didasari adanya beban kerja yang terlalu banyak, konflik peran dan adanya proses penyesuaian hubungan dengan orang lain.

Berdasarkan penjelasan tentang stres di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis yang terjadi didalam diri individu yang sedang menghadapi tuntutan namun mendapat halangan untuk mengatasinya. Sedangkan yang dimaksud dengan stres kerja adalah suatu interaksi antara kondisi kerja dengan sifat individu yang bekerja yang merubah reaksi baik secara fisik, psikologis maupun perilaku yang berasal dari tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan individu atau kondisi lingkungan yang menimbulkan stres.

Gejala Stres Kerja

Beehr dan Newman (dalam Waluyo, 2009) mengungkapkan bahwa dari sejumlah penelitian mengenai gejala yang muncul akibat konsekuensi dari stres kerja, terdapat 3 gejala yang akan dialami individu bila mengalami stres kerja, yaitu:

a. Gejala Psikologis

Gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stres kerja adalah:
  • Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
  • Perasaan frustasi, rasa marah dan dendam (kebencian)
  • Sensitif dan hyperreactivity
  • Memendam perasaan, penarikan diri dan depresi
  • Komunikasi yang tidak efektif
  • Perasaan terkucil dan terasing
  • Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
  • Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilangan konsentrasi
  • Kehilangan spontanitas dan kreativitas
  • Menurunnya rasa percaya diri

b. Gejala Fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
  • Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular
  • Meningkatnya sekresi dari hormon stres, misalnya adrenalin dan nonadrenalin
  • Gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung
  • Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
  • Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis
  • Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
  • Gangguan pada kulit
  • Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah dan ketegangan otot
  • Gangguan tidur

c. Gejalan Perilaku

  • Menunda, menghindari pekerjaan dan absen dari pekerjaan
  • Menurunnya prestasi dan produktivitas
  • Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
  • Perilaku sabotase dalam pekerjaan
  • Perilaku makan yang tidak normal
  • Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi
  • Meningkatnya agresivitas, vandalisme dan kriminalitas
  • Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga gejala dari stres kerja pada individu yaitu gejala-gejala psikologis fisiologis, dan perilaku. Semua hal itu adalah tanda yang bisa menjadi pencerahan buat anda apakah anda sedang berada dalam kondisi stres dengan pekerjaan atau tidak. Tentu saja untuk lebih jelasnya paling tidak anda mengelami beberapa poin dari yang sudah dijelaskan di atas, bukan hanya satu atau dua poin saja.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Stres Kerja dan Gejala Stres Kerja Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar