Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ulasan Persepsi dan Kepemimpinan (Wanita) - (Pengertian, Faktor, Aspek, dan Tipe)

Ulasan Persepsi dan Kepemimpinan (Pengertian, Faktor, Aspek, dan Tipe) - Persepsi merupakan sudut pandang sedangkan kepemimpinan adalah sebuah gaya atau proses mempengaruhi. Manusia mempunyai sudut pandang sendiri dalam melihat suatu masalah atau persoalan. Begitupun dengan kepemimpinan, manusia mempunyai suatu cara dalam mengendalikan suatu hal. Pembahasan kali ini Universitas Psikologi akan mengulas tentang persepsi dan kepemimpinan.

Persepsi dan Kepemimpinan

Ulasan Persepsi dan Kepemimpinan (Pengertian, Faktor, Aspek, dan Tipe)
Persepsi dan Kepemimpinan (dalam Rapat)
Baca juga: Apa yang dimaksud dengan Intensitas?

Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengaran, hidung sebagai alat pembaun, lidah sebagai alat pengecap, kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan; yang kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Alat indera tersebut merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Walgito, 2010).

Persepsi merupakan suatu proses yang mana seseorang mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu pada lingkungannya (Siagian, 2002). Lebih lanjut Siagian mengatakan, pesepsi tiap orang dapat berbeda-beda karena persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh keinginan dari individu tersebut.

Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang intergrated dalam diri individu. Dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan objek (Branca, dalam Walgito 2010). Persepsi itu merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan `yang telah dimiliki (disimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, hidung (Suharnan, 2005). Persepsi merupakan proses dimana individu mengatur dan menginterpretasi kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka, namun apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif (Robbins & Judge, 2008).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yang sebagian besar melalui indera penglihatan, dari interaksi manusia dengan lingkungan inilah menghasilakn stimulus yang diorganisasi dan diinterpretasi sehingga individu mengerti apa yang diindera, dikarenakan di dalam persepsi melibatkan perasaan, kemampuan fikir, dan pengalaman-pengalaman individu, maka hasil persepsi bisa berbeda-beda pada tiap orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Siagian ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

1) Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2) Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut mempengaruhi persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan lain-lain dari sasaran persepsi.

3) Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.

Arikunto dalam Ali (2004), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi faktor-faktor yaitu :

1) Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang

2) Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.

3) Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku

4) Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural (kebiasaan).

Menurut Suharnan (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:

1) Familiaritas objek
Objek yang sudah dikenal akrab akan lebih mudah dipersepsikan dari pada objek-objek yang baru atau masih asing.

2) Ukuran
Objek-objek yang ditampilkan dengan ukuran besar akan lebih mudah dipersepsi atau dikenali dari pada ukuran kecil.

3) Itensitas
Objek-objek yang memiliki warna tajam atau mencolok akan lebih mudah dikenali dari pada objek yang memiliki warna tipis atau kurang tajam.

Menurut Walgito (2010) dalam persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus mempunyai arti individu yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:

1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor.

2) Alat indera
Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Menurut Siagian (dalam Andriko, 2012) secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi seseorang yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar individu yang meliputi:

1) Objek
Objek ini akan menjadi sasaran dari persepsi yang dapat berupa orang, benda atau peristiwa, dan objek yang sudah dikenali tersebut akan menjadi sebuah stimulus.

2) Faktor situasi
Situasi merupakan keadaan dimana, keadaan tersebut dapat menimbulkan sebuah persepsi

Faktor internal yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari diri individu. Diantara faktor internal tersebut adalah:

1) Motif
Motif adalah semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu.

2) Minat
Minat adalah perhatian terhadap sesuatu stimulus atau objek yang menarik kemudian akan disampaikan melalui panca indera.

3) Harapan
Harapan merupakan perhatian seseorang terhadap stimulus atau objek mengenai hal yang disukai atau diharapkan.

4) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, sikap dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.

5) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

6) Pengalaman
Pengalaman merupakan peristiwa yang dialami seseorang dan ingin membuktikan sendiri secara langsung dalam rangka membentuk pendapatnya sendiri. Hal ini berarti pengalaman yang dialami sendiri oleh seseorang akan lebih kuat dan sulit dilupakan dengan melihat pengalaman orang lain.

Dalam mengamati suatu objek yang sama dipersepsikan berlainan oleh dua orang atau lebih, menurut Milton (dalam Nurhasmi 2010) hal ini terjadi karena adanya perbedaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian seseorang:

1) The person perceived (orang yang diamati)
Seorang indivisu yang berusaha membuat penilaian terhadap tingkah laku orang yang diamati dengan memberikan perhatian pada orang tersebut, namun sering kali individu tidak menyadari faktor yang mempengaruhi penilaian seseorang dan selanjutnya mempengaruhi perilaku dalam hubungan dengan orang lain.

2) The situation (situasi)
Aspek dari situasi seperti pekerjaan dan atribut-atribut lain yang melekat pada diri seseorang yang melakukan persepsi, akan mempengaruhi pengamatannya terhadap objek, situasi atau manusia lain karena itu masing-masing individu mempunyai persepsi yang berbeda dalam mengamati lingkungannya.

3) Perseiver (pengantar)
Persepsi juga dipengaruhi oleh kondisi individual penmgamatan, salah satu aspek yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah faktor kebutuhan, seseorang cenderung mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan.

4) Self perception (persepsi diri)
Untuk memahami perilaku orang lain, seseorang harus mengetahui bagaimana ia mengamati dirinya sendiri. Konsep diri dinyatakan sebagai konsep gambaran mental mengenai apa pendapat kita tentang diri kita sendiri.

5) Personal characteristic (karakteristik pribadi)
Karakter seseorang akan mempengaruhi karakteristik yang akan dilihat pada orang lain. Kategori-kategori yang digunakan dalam melukiskan orang lain, cenderung digunakan dalam menggambarkan diri sendiri..

Kepemimpinan Wanita

Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk mengeerakkan dan memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela (Rivai dan Mulyadi, 2011). Menurut George R. Terry (dalam Kartono, 2010) kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan (Robbins dan Judge, 2008).

Kepemimpinan merupakan hubungan antar manusia, yaitu hubungan yang mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut atau bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin, para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pimpinannya, dan bangkitlah secara spontan ketaatan pada pemimpin (Kartono, 2010). Ordway Tead menyatakan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompoknya. Kepemimpinan perempuan dalam era pembangunan baik sekarang maupun masa akan datang mempunyai potensi dan peran yang besar dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya pada semua tingkat internasional, regional. Realitasnya adalah kepemimpinan perempuan dalam berbagai hal tersebut seringkali berhadapan dengan diskriminasi, stereotipe dan stigma mengenai kelemahan-kelemahan wanita dikaitkan dengan fisik dan psikologis, bukan pada kemampuan intelektualnya (Djustiana dan Bintari, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan wanita adalah serangkaian upaya dari pemimpin wanita yang dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya dapat bekerja dengan baik, bersemangat tinggi, dan mempunyai disiplin serta tanggung jawab yang tinggi pula terhadap atasan.

Syarat-syarat kepemimpinan

Konsepsi mengenai pernyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting (Kartono, 2010), yaitu:

1) Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

2) Kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

3) Kemampuan adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Stogdill dalam bukunya Personal Factor Associated with Leadership yang dikutip oleh James A.Lee dalam bukunya Management Theories and Prescriptions (Kartono, 2010) menyatakan, bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1) Kapasitas meliputi kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau verbal facility, keaslian dan kemampuan menilai.

2) Prestasi meliputi gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olah raga dan atletik dan lain-lain.

3) Tanggung jawab meliputi mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif dan punya hasrat untuk unggul.

4) Partisipasi meliputi aktif, memiliki sosiabilitas yang tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri dan punya rasa humor.

5) Status meliputi meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer dan tenar.

Faktor yang memperkuat potensi kepemimpinan wanita

Menurut Nurhayati (2012) ada 10 faktor yang memperkuat potensi kepemimpinan wanita itu, yaitu:

1) Secara tekstual, QS Al-Nisa (4):34 di muka pengindikasikan bahwa ada sebagian perempuan yang memiliki kelebihan dari sebagian lainnya, sebagaimana ada sebagian laki-laki yang memiliki kelebihan atas sebagian lainnya. Kelompok inilah agaknya yang berhak mendapat peluang menjadi pemimpin. Ayat tersebut juga menyatakan, bahwa laki-laki “dapat” menjadi pemimpin atas perempuan, dan bukan berarti “harus” menjadi pemimpin terhadap wanita.

2) Kebijakan yang memberi peluang kepada perempuan untuk berkiprah sebagai hasil perjuangan dari kaum yang concern mengangkat nasib, harkat, derajat, dan martabat kaum perempuan, meski belum tercapai secara optimal, seperti memperjuangkan quota 30 % untuk keterwakilan perempuan di lembaga legislatif.

3) Kemajuan teknologi yang sangat berperan membantu meringankan tugas-tugas domestik maupun tugas publik perempuan, sehingga kaum perempuan yang terlibat di dalamnya tidak perlu terlalu mengandalkan otot dan mengerahkan energi berlebihan seperti sebelumnya.

4) Terjadi peningkatan kesadaran terhadap potensi dan eksistensi perempuan secara berangsur-angsur pada sebagian kaum laki-laki maupun perempuan, yang memberi suasana kondusif bagi kaum perempuan untuk dapat berkiprah secara lebih luas di masyarakat.

5) Terdapat pengakuan negara secara berangsur-angsur terhadap potensi kaum perempuan dalam berbagai bidang yang tidak kalah dengan laki-laki, sehingga lambat laun negara membuka peluang dan kesempatan kepada perempuan untuk terlibat aktif dalam pembangunan bangsa, dan mulai mengapresiasi hasil kerja dan prestasi perempuan, meski belum optimal dan masih “malu-malu”.

6) Desakan ideologi dunia yang terus menggulirkan penegakan HAM serta demokratisasi, seperti Konferensi Dunia di Beijing (1995) dimana dalam platformnya berusaha menghapuskan segala bentuk diskriminasi karena bertentangan dengan hak azasi manusia, baik berdasarkan ras, kebangsaan, agama, maupun jenis kelamin.

7) Berkembangnya media massa yang mengekspos keberhasilan kaum perempuan dalam pembangunan sehingga berdampak positif mendorong dan memotivasi kaum perempuan untuk mengembangkan kemampuan diri melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah.

8) Keberhasilan mengontrol fungsi reproduksi dengan cara berKB, sehingga banyak waktu perempuan untuk ikut terlibat dalam pembangunan.

9) Sosok model ideal perempuan sukses yang memotivasi perempuan untuk mengikuti jejak kesuksesan.

Tipe Kepemimpinan

Menurut Rivai dan Mulyadi (2011) dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Aktivitas tersebut dipilah-pilah, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu:

1) Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas.

2) Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama.

3) Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.

Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan, yaitu:

1) Tipe kepemimpinan otoriter
Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahakan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibanding dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.

2) Tipe kepemimpinan kendali bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasehat.

3) Tipe kepemimpinan demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikir, pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe kepemimpinan ini selalu memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.

Faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan

Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Reitz sebagai berikut:

1) Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.

2) Harapan dan perilaku atasan.

3) Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.

4) Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.

5) Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.

6) Harapan dan perilaku rekan.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Ulasan Persepsi dan Kepemimpinan (Pengertian, Faktor, Aspek, dan Tipe). Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar untuk "Ulasan Persepsi dan Kepemimpinan (Wanita) - (Pengertian, Faktor, Aspek, dan Tipe)"