Pengertian dan Metode Problem Based Learning

Daftar Isi
Pengertian dan Metode Problem Based Learning - Salah satu tujuan sekolah adalah dimiliki dan dikembangkannya kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (problem solving) pada siswa didik. Oleh karena itu, telah lebih kurang 25 tahun yang lalu McMaster University Medical School menggunakan problem-based learning sebagai implementasi dari tujuan tersebut.

Problem-based learning (PBL) menurut Dr. Howard Barrows dan Ann Kelson dari Southern Illinois University School of Medicine adalah suatu kurikulum yang telah didesain khusus dan dipilih untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, strategi self-directed learning, dan kemampuan bekerja bersama tim. Lebih jelasnya problem-based learning adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk memperoleh dan membangun pengetahuan.

Problem Based Learning merupakan suatu proses di mana siswa dihadapkan dengan masalah aktual sehingga siswa mampu belajar, baik isi maupun kemampuan berpikir kritis. Jadi, Problem Based Learning adalah suatu situasi belajar dimana adanya masalah mendorong proses belajar. Sebelum siswa mendapatkan suatu pengetahuan (belajar), mereka diberikan masalah. Masalah yang digunakan adalah masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Masalah diberikan sedemikian rupa sehingga siswa mampu menentukan pengetahuan mana yang perlu dikuasai untuk menemukan pemecahannya. Dalam metode ini pula, siswa dibebaskan untuk menggali lebih dalam masalah yang diberikan. Saat seorang siswa memiliki waktu untuk menggali dan berkutat dengan area dimana terdapat masalah utama, maka mereka akan mengenali banyak masalah lain dari masalah tersebut dengan begitu siswa akan termotivasi (Gage dan Berliner, 1998). Hal ini dilakukan secara berkelompok, biasanya dalam kelompok kecil (5-6 anak).
Pengertian dan Metode Problem Based Learning
image source: www(dot)emaze(dot)com 
Baca juga: Metode dalam Melakukan Diskusi yang Baik

Karakteristik Problem-Based Learning (PBL)

Beberapa karakteristik dari Problem Based Learning (Stepien, W.J. dan Gallagher, S.A., 1993. dan Barrows, H., 1985) adalah sebagai berikut :
  • Berlandaskan pada problem untuk menjalankan kurikulum – masalah yang diajukan tidak untuk mengukur kemampuan, namun lebih tepat sebagai pengembangan kemampuan. 
  • Masalah yang diberikan tidak mengarah pada satu jawaban. Dengan mengidentifikan masalah tersebut, siswa akan mendapatkan informasi baru untuk memudahkan pencarian solusi yang tepat. 
  • Siswa yang menyelesaikan masalah – guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator. 
  • Siswa hanya diberikan panduan tentang pendekatan masalah – tidak ada satu formula pendekatan masalah khusus yang diberikan pada siswa. 
  • Penilaian dilakukan melalui performance siswa dalam pengerjaan tugas. 

Problem Based Learning mampu membantu siswa untuk:
  • Dapat mengerti permasalahan secara jelas. 
  • Mengembangkan hipotesis alternatif. 
  • Mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan data dari berbagai sumber. Diantaranya penelusuran kepustakaaan, keterampilan membaca, dan membuat catatan. 
  • Mendapatkan informasi baru dari hipotesis alternatif. 
  • Dapat mengembangkan solusi yang sesuai dengan permasalahan dan situasi berdasarkan informasi yang ada secara jelas dengan menggunakan alasan yang jelas pula. 
  • Mengembangkan kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi. 
  • Berpikir analitik. 
  • Mengembangkan kemandirian, keterbukaan, dan keaktifan belajar. 

Tahapan Problem-Based Learning (PBL)

Proses belajar dengan menggunakan metode Problem Based Learning dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:

Stage 1: Encountering and Defining the Problem

Pada tahap ini, siswa dihadapkan dengan permasalahan sehari-hari yang dekat dengan dunia nyata. Pertanyaan dasar yang dapat diajukan siswa pada tahap ini adalah:
  • Apa yang saya ketahui tentang masalah ini? 
  • Apa yang saya butuhkan untuk mengetahui bagaimana memperoleh informasi tentang masalah ini? 
  • Sumber apa yang dapat saya akses untuk mengajukan suatu hipotesis atau solusi dari masalah ini? 
  • Pada tahap ini, pernyataan permasalahan yang telah terfokus sangat dibutuhkan. Pernyataan tersebut akan mengantarkan siswa untuk mengakses dan mengerti informasi baru.

Pada Tahap ini setiap anggota kelompok harus berpartisipasi dalam:
  • Mengklarifikasi istilah-istilah yang belum jelas. 
  • Membuat daftar data yang menjadi dasr identifikasi masalah. 
  • Menganalisis masalah secara kritis, uaitu menguraikan atau mengelaborasi data. 
  • Menyusun perkiraan jawaban (hipotesis). 
  • Mengidentifikasi pengetahuan yang diperlukan melalui pertanyaan-pertanyaan kunci (5W 1H) dan menyusunnya secara sistematis. 

Stage 2: Accessing, Evaluating and Utilizing Information

Setelah mereka telah mengetahui permasalahan dan unsur-unsurnya dengan jelas, mereka dapat mencari data (bisa dari buku, internet, atau dari seorang narasumber). Dalam hal ini, siswa mungkin akan mendapatkan banyak sekali sumber data dengan mungkin perspektif yang berbeda. Oleh karenanya siswa harus mampu mengevaluasi sumber data, seberapa tepat, akurat, dan terpercaya data tersebut? Apakah ada kemungkinan terdapat bias di dalamnya? Kemudian siswa harus dapat menggunakan informasi tersebut dengan hati-hati.

Stage 3: Synthesis and Performance

Pada tahap ini, siswa telah menyusun solusi dari masalah tersebut dalam suatu sajian. Sajian ini dapat berupa produksi multi-media, atau berupa makalah. Makalah/laporan dalam Problem Based Learning tidak hanya menggambarkan suatu permasalahan, misalnya penyebab, akibat ataupun faktor-faktor yang berpengaruh. Namun siswa dituntut untuk mencari dan mengembangkan solusi dari permasalahan tersebut melalui data yang didapatkan dan pemikiran dari masing-masing siswa. Kegiatan dalam tahap ini yaitu:
Sintesis pengetahuan lama (yaitu jawaban yang sudah disusun pada langkah ke-6) dan pengetahuan baru melalui:
  • Sharing pengetahuan: setiap anggota kelompok menjelaskan pengetahuan baru yang diperolehnya. Bila ada perbedaan pemahaman antar anggota kelompok, diskusi dilakukan untuk mencari kesepakatan.
  • Pooling: menyususn uraian sintesis pengetahuan lama dan baru sebagai pembuktian hipotesis atau penjelasan logis melalui penerapannya dalam masalah yang telah teridentifikasi dalam langkah 1. 
  • Mengulang kegiatan. 

Setelah sintesis dilakukan, mungkin timbul pertanyaan baru yang membutuhkan analisis lebih lanjut atau pengumpulan pengetahuan baru. Pada saat ini siswa dapat mengulangi seluruh atau sebagian langkah pelaksanaan Problem Based Learning yang telah dilakukan.

Kendala dalam Implementasi Problem-Based Learning (PBL)

Dalam pelaksanaannya, Problem Based Learning juga mengalami kendala, diantaranya adalah dapat terjadi culture shock, dimana siswa dan guru berganti peran. Siswa biasanya menjadikan dan mendapatkan guru sebagai sumber utama dalam pengetahuan dan memegang kendali dari benar atau tidak tugas yang mereka lakukan. Sedangkan pada metode ini siswa dituntut untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan menyelesaikan masalah secara mandiri (self-directed learning).

Guru dan pihak sekolah hanya bertindak sebagai narasumber, tutor dan evaluator, yang mengarahkan siswa dalam kemajuan problem solving mereka. Dalam hal ini guru juga harus melakukan perubahan yang cukup besar. Perubahan ini mengharapkan guru untuk mengubah peran mereka dari center of attention dan sumber dari segala pengetahuan menjadi fasilitator dan pembimbing. Pembelajaran berubah dari teacher-centered menjadi student-centered. Mereka harus mampu untuk meyakinkan bahwa terdapat cukup banyak sumber yang tersedia untuk masalah yang akan diberikan pada siswa. Mereka harus mampu menyusun suatu permasalahan yang memungkinkan siswa untuk mempelajari atau mendapatkan pengetahuan dan kemampuan yang memadai.

Kendala lainnya dalam implementasi Problem Based Learning, siswa juga harus belajar untuk menjadi bagian dalam kelompok. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, tidak mungkin satu orang dapat menyelesaikan suatu penelitian dan melakukan presentasi dalam problem solution seorang diri. Jadi, dengan metode ini siswa dilatih dan dituntut untuk bekerjasama dalam kelompok, sehingga dapat mengurangi adanya “free rider”, yaitu seseorang yang tercantum dalam suatu kelompok,namun tidak turut berkontribusi didalamnya.

Kemampuan problem solving dapat diajarkan, tidak hanya bersifat diturunkan. Instruksi formal dan pengalaman langsung dalam problem solving dapat menghasilkan problem solvers yang baik (Block,1994., dalam Gage dan Berliner, 1998). Jadi, adanya lingkungan yang menstimulus untuk menyelesaikan masalah dan permasalahan dalam dunia nyata dapat memotivasi dan mengajarkan siswa akan hal-hal yang menarik yang dapat mereka gunakan untuk menilai diri mereka sendiri, tidak hanya melalui tes-tes formal, misalnya tes di sekolah.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian dan Metode Problem Based Learning. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar