Pengertian Kenakalan Remaja dan Penyebab Terjadinya (Patologis) Kenakalan Remaja

Daftar Isi
Pengertian Kenakalan Remaja dan Penyebab Terjadinya (Patologis) Kenakalan Remaja - Zaman modern dan globalisasi membeerikan banyak pengaruh bagi perkembangan manusia terutama anak muda atau remaja. Kali ini universitaspsikologi.com akan mengulas hal terkait dengan kenakalan remaja. Remaja selalu identik dengan anak muda yang penuh gairah dan keingin tahuan yang tinggi sehingga banyak remaja terjebak pada sebuah situasi yang terkait dengan kejahatan atau tindak kriminal. Lalu seperti apakah kenakalan remaja itu? Kenakalan remaja seperti apa saja yang masih bisa dimaklumi dan seperti apa kenakalan remaja yang sudah melewati batas? Silahkan disimak pada tulisan yang terangkum dibawah ini.
Pengertian Kenakalan Remaja dan Penyebab Terjadinya (Patologis) Kenakalan Remaja
Kenakalan Remaja (Patologis)
Baca juga: Teori Pola Asuh: Seperti Apa Pola Asuh Orang Tua Anda?

Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (dalam Latief, 2017) kenakalan remaja adalah gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu pengabaian sosial, sehingga anak remaja mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang. Kenakalan remaja yaitu kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan antisosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Hurlock (dalam Willis, 2017) kenakalan remaja bersumber dari moral yang sudah berbahaya atau beresiko (moral hazard). Menurutnya, kerusakan moral katanya bersumber dari keluarga yang sibuk, keluarga retak, dan keluarga denngan single parent dimana anak hanya diasuh oleh ibu.  Menurunnya kewibawaan sekolah dalam mengawasi anak. Peranan agama tidak mampu menangani masalah moral.

Menurut Harriman (dalam Idrawati , 2017) kenakalan remaja artinya orang dibawah umur 16 sampai 18 tahun, sebagaimana hukum negara telah memutuskanm delinquent atau delinquency yaitu orang yang melakukan pelanggaran hukum, biasanya pelanggaran masih dibawah umur untuk memegang tanggung jawab atau tingkah laku illegal atau antisosial yang dilakukan oleh kelompok kecil.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja yaitu kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai aturan dan norma yang berlaku umum atau remaja yang perbuatannya menyimpang dari norma-norma agama, hukum, adat istiadat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, sehingga meresahkan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Ciri-ciri Kenakalan Remaja

Menurut Mulyono (dalam Puspa, 2013) dalam bukunya yang berjudul pendekatan analisis kenakalan remaja dan penanggulangannya menggunakan ciri-ciri kenakalan remaja dapat digolongkan ke dalam dua kelompok:

a. Kenakalan remaja yang bersifat amoral dan antisocial
Kenakalan remaja yang bersifat amoral yakni kenakalan remaja yang tidak tahu tata cara pergaulan, tidak terkendalikan bahkan tidak dapat mengendalikan diri dan tidak menghormati orang tua.

b. Kenakalan remaja yang bersifat melanggar hukum (undang-undang)
Yakni kenakalan yang dapat digolongkan ke dalam pelanggaran hukum dan mengarah kepada tindakan kriminal.

Kartono (dalam Fatchurahman, 2012) mengemukakan kenakalan remaja yang membudaya di tengah masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mengandung banyak dimensi ketegangan syaraf, kegelisahan batin, dan keresahan hati pada para remaja, yang kemudian disalurkan atau dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan agresivitas tidak terkendali.

b. Merupakan adolescen revolt (pemberontakan adolesensi) terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa, dalam usaha mereka menemukan identitas diri lewat tingkah laku yang melanggar norma sosial dan hukum.

c. Banyak terdapat penyimpangan seksual, antara lain, cinta bebas dan seks bebas, “kumpul kebo”, perkosaan seksual, dan lain-lain.

d. Banyak terdapat tindakan ekstrim radikal yang dilakukan oleh para remaja yang menggunakan cara-cara kekerasan.

Berdasarkan beberapa teori yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja berdampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Hal ini juga sangat menyimpang dengan aturan dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Aspek-aspek Kenakalan Remaja

Jansen (dalam Sarwono, 2015) mengatakan bahwa ada empat aspek kenakalan remaja:

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain. Seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi. Seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain. Seperti pelacuran, penyalahgunaan obat. Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah.

d. Kenakalan yang melawan status. Misalnya, mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja

Gunarsa (dalam Sunaryanti, 2016) mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar dalam kaitannya dengan norma hukum, yaitu:

a. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan tidak teratur dalam undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran hukum antara lain:
  • Pembohong, memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan.
  • Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan sekolah.
  • Kabur meninggalkan rumah tanpa izin orangtua atau menentang keinginan orangtua.
  • Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan dan menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.
  • Memiliki benda yang dapat membahayakan orang lain sehingga mudah terangsang untuk menggunakannya, seperti pisau, pistol, dan lain-lain.
  • Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk sehingga timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab
  • Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan menggunakan bahasa yang tidak sopan.
  • Secara berkelompok makan dirumah makan, tanpa membayar atau naik bus tanpa membeli karcis.
  • Turut dalam pelacuran atau melacurkan dirinya, baik dengan tujuan kesulitan ekonomi maupun tujuan lainnya.
  • Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau menghisap ganja sehingga merusak dirinya.

b. Kenakalan yang di anggap melanggar undang-undag digolongkan sebagai pelanggaran hukum, antara lain:
  • Pencurian dengan maupun tanpa kekerasan
  • Penjudian dan segala bentuk perjudian dengan menggunakan uang
  • Percobaan pembunuhan
  • Menyebabkan kematian orang lain
  • Pengguguran kandungan
  • Penggelapan barang
  • Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang
  • Pemalsuan uang dan surat-surat penting


Faktor-faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja

Kenakalan pada remaja tidak muncul dengan sendirinya dan dapat dipastikan banyak faktor yang menyebabkan tingkah laku kenakalan remaja itu. Willis (dalam Latief, 2017), menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan kenakalan remaja, yaitu:

a. Faktor internal

Lemahnya pertahanan diri merupakan salah satu faktor yang ada di dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri dari pengaruh-pengaruh negatif dan lingkungan. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial, kurangnya dasar keimanan dan kemampuan untuk memilih teman bergaul dapat memicu pembentukan perilaku negatif.

b. Faktor keluarga

Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja. Hal ini disebabkan anak hidup dan berkembang, bermula dari keluarga. Hubungan antara anak dan orangtua, hubungan dengan anggota keluarga lain, serta pola asuh orangtua juga mempengaruhi. Orangtua yang memberi kasih sayang dan kebebasan bertindak sesuai dengan umur para remaja dapat diharapkan remaja akan mengalami perkembagan optimal.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat dapat pula menjadi penyebab berjangkitnya kenakalan remaja, terutama dilingkungan masyarakat yang kurang melaksanakan ajaran-ajaran agama yang di anutnya. Masyarakat yang kurang beragama, merupakan sumber berbagai kejahatan seperti kekerasan, pemerasan dan perampokan. Tingkah laku seperti itu akan mudah mempengaruhi remaja yang sedang dalam masa perkembangan.

d. Faktor sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah. Sekolah cukup berperan dalam membina remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Dalam rangka pembinaan anak didik kearah kedewasaan itu, kadang-kadang sekolah juga penyebab dari timbulnya kenakalan remaja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (dalam Latief, 2017) penerapan disiplin sekolah yang cukup baik dan konsisten membawa dampak positif bagi siswa, yaitu membawa siswa mengontrol perilaku dan bertanggung jawab atas perilakunya.

Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja menurut Santrock (dalam Nurihsan, 2014):

1. Identitas (identitas negatif)

Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson, masa remaja ada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus diatasi. Tidaklah mengejutkan, gagasan Erikson mengenai kenakalan dihubungkan kemampuan remaja untuk mengatasi krsisi ini secara positif. Erikson percaya bahwa perubahan biologis berupa pubertas menjadi awal dari perubahan yang terjadi bersamaan dalam harapan sosial yang dimiliki keluarga, teman sebaya, dan terhadap remaja. Oleh karena itu, bagi erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Haniman (dalam Nurihsan, 2014) bahwa citra diri yang baik dan positf di rumah maupun di sekolah cenderung mampu meredam berbagai perilaku yang kurang baik.

2. Kontrol Diri (derajat rendah)

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak remaja gagal memperoleh pengendalian yang esensial yang umumnya dicapai orang lain selama proses pertumbuhan. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang sesuai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. Pada penelitian yang dilakukan Feldman, Weinberger dan Santrock (dalam Nurihsan, 2014) ditemuka bahwa kontrol diri memainkan peran penting dalam kenakalan remaja.

3. Proses Keluarga

Walaupun telah ada sejarah panjang dan upaya mendefinisikan faktor keluarga yang berperan serta dalam terjadinya kenakalan, namun yang paling menjadi fokus akhir-akhir ini adalah dukungan keluarga dan praktek manajemen keluarga. Terganggunya atau ketiadaan penerapan pemberian dukungan keluarga dan praktek manajemen oleh orangtua secara konsisten berhubungan dengan tingkah laku antisosial oleh anak-anak dan remaja. Pada hakekatnya, orangtua mempunyai harapan agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang baik, tahu membedakan apa yang baik dan yang tidak baik, tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang lain. Harapan ini akan mudah terwujud dengan adanya kesadaran dari orangtua akan peranan mereka sebagai orangtua besar pengaruhnya terhadap perkemangan moral anak.

4. Kelas Sosial atau Komonitas

Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktifitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor dalam masyarakat yang berhubungan dengan kenakalan. Bila dukungan keluarga tidak memadai, maka dukungan dari masyarakat seperti ini akan menjadi suatu hal yang penting dalam mencegah kenakalan atau sebaliknya.

Berdasarkan uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kenakalan remaja secara umum berasal dari dua faktor, yang pertama adalah faktor internal diri individu itu sendiri dengan potensi yang dimilikinya. Faktor kedua adalah faktor luar individu atau eksternal, yaitu faktor keluarga, masyarakat dan sekolah yang merupakan rangsangan untuk mempengaruhi dan membentuk perilaku seseorang.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Kenakalan Remaja dan Penyebab Terjadinya (Patologis) Kenakalan Remaja. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

  • Idrawati. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia Pra-Sekolah Di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Jurnal Psikologi Indonesia, 4(2).
  • Latifah, Lutfatul. (2010). Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Emotionalquotient (Eq) Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Jurnal Keperawatan Soedirman, 5(1).
  • Universitas Psikologi: https://www.universitaspsikologi.com/2020/01/teori-pengertian-kenakalan-remaja.html
  • S. Willis, Prof. Sofyan. (2017). Remaja Dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta
  • M.Fatchurahman & Pratikto Herlan. (2012). Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2), 77-87.
  • Sarwono, Sarlito W. (2015). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
  • Sunaryanti, Heni Sayekti Sri. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja Di Sma Negeri 8 Surakarta. Indonesian Journal On Medical Science, 3(2).
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar