Teori Pengambilan Keputusan Menurut Para Ahli

Daftar Isi
Teori Pengambilan Keputusan, Elemen-elemen Dasar Pengambilan Keputusan, Jenis-jenis Keputusan, dan Faktor-faktor Pengambilan Keputusan - Dalam forum ataupun diskusi kelompok ada saatnya seseorang harus menentukan sebuah keputusan agar adanya titik terang atau hasil dari diskusi tersebut. Banyak orang yang cenderung salah dalam melakukan pengambilan keputusan.

Untuk itu universitaspsikologi.com sendiri akan membahas seperti apa terjadinya proses pengambilan keputusan tersebut dan apa langkah yang perlu dipahami untuk mengambil suatu keputusan. Berikut ini telah kami rangkum:

Daftar isi

Pengertian Pengambilan Keputusan

Dermawan mengemukakan bahwa manusia adalah pembuat keputusan (decision-making man), pengambilan keputusan, penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat sepanjang hidup manusia. Kehidupan manusia adalah kehidupan yang selalu diisi oleh peristiwa pengambilan keputusan. 

Pernyataan serupa dikemukakan oleh Suharnan bahwa setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision making, bahkan mungkin harus dilakukan beberapa kali. Mulai dari masalah-masalah yang kompleks dan menuntut pertimbangan banyak serta mendalam. Aktivitas pepmbuat keputusan sering dilakukan orang baik disadari atau tidak disadari, sebab di dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan banyak menemukan situasi yang tidak pasti (uncertainty) (dalam Fitriani dan Astuti, 2012).

Teori Pengambilan Keputusan, Elemen-elemen Dasar Pengambilan Keputusan, Jenis-jenis Keputusan, dan Faktor-faktor Pengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan (Making Decision Theory)
Baca juga: Komitmen dalam Organisasi Pentingkah?
Moergan dan Celrullo (dalam Fatresi, 2017) mendefenisikan keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan. Sedangkan menurut Syamsi (dalam Fatresi, 2017), keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu di antara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Kotler dan Armstrong (dalam Bahari dan Ashoer, 2018) mendefinisikan kebudayaan sebagai seperangkat nilai-nilai, kepercayaan, kebiasaan, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh masyarakat sekitar, dari keluarga, atau lembaga formal lainnya sebagai sebuah pedoman perilaku.

Menurut Baron dan Byner (dalam Zulkilfi, 2018) menjelaskan pengambilan keputusan keputusan merupakan suatu proses melalui kombinasi individu dan kelompok dan mengintegrasikan informasi yang ada dengan tujuan memilih satu dari berbagai kemungkinan tindakan, pengambilan keputusan sebagai suatu proses mengevaluasi pilihan-pilihan yang ada untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

Menurut Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (dalam Perwitasari, 2015). Selanjutnya menurut Siagian pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta serta data, penentuan matang dari alternatif yang dihadapi, dan pengambilan tindakan yang paling tepat (dalam Perwitasari, 2015).

Menurut Rayna & Ferley (dalam Santrock, 2014) untuk menjelaskan pengambilan keputusan remaja adalah model-ganda, yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh dua sistem kognitif, analisis, dan pengalaman yang bersaing satu sama lain.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan adalah proses pemikiran yang berupa pilihan satu antara beberapa alternatif  yang digunakan sebagai penentu dari sejumlah pilihan, serta dicapai setelah dilakukan pertimbangan yang dipengaruhi oleh kognitif, analisi, dan pengalama untuk memecahakan masalah yang dihadapi. Pengambilan keputusan sering terjadi baik disadari maupun tidak disadari, berdasarkan pengumpulan fakta dan data, sebagai penentu keputusan yang dibuat agar dapat mengambil tindakan yang tepat.

Elemen-elemen dasar dalam proses pengambilan keputusan

Prosesnya meliputi penetapan tujuan, mengidentifikasi permasalahan, mengembangkan dan menilai berbagai alternatif dan penerapannya, mengendalikan dan melakukan tindakan korektif (dalam Gutosudarmo & Sudita, 2016).

1) Menetapkan Tujuan

Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah spesifik yang dapat diukur hasilnya ataupun sasaran yang bersifat umum. Tampa penetapan tujuan , pengambilan keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang

2) Mengidentifikasi Permasalahan

Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi di mana adanya ketidak samaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan.

3) Mengembangkan Sejumlah Alternatif

Proses pengambilan keputusan yang rasional mengaharuskan pengambilan keputusan untuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah sering kali terbatas.

4) Penialian dan Pemilihan Alternatif

Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif yang baik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai  alternatif yang dikembangkan. Alat proses pengambilan keputusan yang tepat tergantung pada sejumlah pengetahuan yang tersedia dn kondisi yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambil. Ada tiga kondisi proses pengambilan keputusan yang diidentifikasi, yaitu:

a) Kepastian
Dalam kondisi ini pengambilan keputusan memiliki pengetahuan yang pasti tentang hasil dari masing-masing alternatif kernea kondisi yang akan di timbulkan sudah diketahui. Pengambilan keputusan dapat menghitung nilai dari investasi tersebut, dan merasa pasti akan hasilnya.

b) Ketidakpastian
Keputusan yang dibuat dalam kondisi ketidak pastian jika pengambilan keputusan tidak mengetahui kondisi tertentu akan terjadi. Dalam kondisi ketidakpastian pengambilan keputusan menggunakan intuisi atau perkiraan dalam pemilihan alternatif.

c) Resiko
Jika pengambilan keputusan berada dibawah kondisi resiko, pengambilan keputusan akan menetapkan kemungkinan hasil dari masing-masing alternatif.

5) Melaksanakan keputusan

Jika suatu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut  kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Dengan tidak mengabaikan batapapun alternattif keputusan telah dievaluasi, maka keputusan tersebut tidak akan berarti apabila tidak diikuti dengan penerapan yang benar.

Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga mampertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan juga tidak ada artinya.

6) Evaluasi dan Pengendalian

Makanisme sistem pengendalian dan evalusai perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisasi. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Jiak keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasakahan masih ada, maka pengambilan keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi.

Jenis-jenis Keputusan

Dalam menganalisis keputus, Herbert Simon membedakan dua jenis keputusan, (dalam Gutosudarmo & Sudita, 2016) yaitu:

1) Keputusan yang diprogram

Merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah.

2) Keputusan yang tidak diprogram

Merupakan keputusan baru, tidak terstruktur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena masalah belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan khusus dan proses pemecahan masalah dangan intusi dan kreatifitas.

Dasar-dasar Pengambilan Keputusan

Menurut Terry (dalam Isnaini, 2013) menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku antara lain:

1) Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan lain.

2) Pengalaman

Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman untuk meneyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan prkatis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi larat belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaian sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah

3) Fakta

Keputusan yang berdasarka sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

4) Wewenang

Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan weweng kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

5) Rasional

Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif.

Jadi, dasar-dasar penngambilan keputusan anatara lain berdasarkan intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut Terry (dalam Isnaini, 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan:
  1. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhiyungkan dalam pengambilan keputusan
  2. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan  untuk mencapai tujuan. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementinngkan kepentingan.
  3. Jarang sekalli pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah alternatif-alternatif tandingan.
  4. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan yang harus diubah menjadi tindakan fisik.
  5. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
  6. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
  7. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
  8. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.
Menurut Kotler (dalam Isnaini, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain:
  1. Faktor Budaya, yang meliputi peran budaya, sub budaya dan kelas sosial.
  2. Faktor sosial, yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status.
  3. Faktor pribadi, yang termasuk usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
  4. Faktor Psikologi, yang meliputi motif, persepsi, pengetahuan, keyakinan, dan pendirian.
Menuru Engel, Blackweel, dan Miniard (dalam Isnaini, 2013)  menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor perbedaan individu dan proses psikologi.

1) Faktor lingkungan tersebut, diantara lain:

a) Lingkungan sosial
Dalam lingkungan sosial, pada dasarnya masyarakat memiliki strata sosial yang berbeda-beda. Sertifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan sbegainya

Keberadaan lingkungan sosial memegang peranan kuat terhadap proses pengambilan keputusan seseoarang untuk melakukan prilaku baik yang positif ataupun negatif. Karena dalam lingkungan sosial tersebut individu berinteraksi antara satu dengan lainnya.

b) Lingkungan keluarga
Keluarga dapat didefenisikan  sebagai suatu unit terkecil dan juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sedangan menurut Mufidah keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat, namun memiliki peranan yang sangat penting. Dalam keluarga, seseorang mulai berinteraksi dengan orang lain. Keluarga merupakan tempat belajar pertama yang nantinya mempengaruhi kepribadian seseorang.

2) Faktor Perbedaan individu, antara lain:

a) Status Sosial
Menurut Kotler, status sosial merupakan kelompok yang relatif homogen dan tetap dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hierarkis sdan aggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang mirip. Status sosial akan menunjukan bagaimana seseorang tersebut berprilaku dalam kehidupan sosialnya.

b) Kebiasaan
Kebiasaan adalah respon yang sama cendrung berulang-ulang untuk stimulus yang sama. Kebiasaan merupakan perilaku yang telah menetapakn dalam keseharian baik pada diri sendiri maupun lingkungan sosialnya.

c) Simbol Pergaulan
Simbol pergaualan adalah segala sesuatu yang memiliki arti penting dalam lingkungan pergaulan sosial.

d) Tuntutan
Adanya pengaruh dominan dalam keluarganya, baik itu lingkungan keluarga, pergaulan maupun lingkugan sosialnya, maka dengan kesadaran diri ataupun dengan terpaksa seseoarang akan melakukan prilaku beresiko.

3) Faktor Psikologi, antara lain:

a) Persepsi
Menurut Rakhamat, persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhan yang sifatnya individual sehingga antara individu satu dengan lainnya dapat terjadi perbedaan individu terhadap objek yang sama.

b) Sikap
Menurut Notoatmojo, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

c) Motif
Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan, dan bersikap tertentu untu mencapai suatu tujuan.

d) Kognitif
Menurut Rakhmat, kognisi adalah kulitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang.

e) Pengehauan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui pengindraan penglihatan, penciuman, perasa dan peraba. Sebagain besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pada mahasiswi yang menggunkan cadar di antaranya yaitu adanya faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor psikologi,

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Pengambilan Keputusan, Elemen-elemen Dasar Pengambilan Keputusan, Jenis-jenis Keputusan, dan Faktor-faktor Pengambilan Keputusan . Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

  • Gutosudarmo & Sudita. 2016.  Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
  • Isnaini, Jauharotul. 2013. Pengambilan Keputusan Menikah Muda. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
  • Universitas Piskologi: https://www.universitaspsikologi.com/2020/01/teori-pengambilan-keputusan.html
  • Fatresi. 2017. Hubungan Konformitas Dan Harga Diri Dengan Pengambilan Keputusan Karir Pada Mahasiswa Psikologi Semester 8 Universitas Islam Negeri Mualana Malik Ibrahim Malang. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
  • Fitriani dan Astuti. 2012. Proses Pengambilan Keputusan Untuk Memakai Cadar Pada Muslimah. Jurnal Vol. 17, No 2. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
  • Zulfikri. 2018. Hubungan Self Efficacy dengan Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Karir Bagi Siswa SMK 6 Padang. Skripsi. Padang: Universitas  Putra Indonesia “YPTK” Padang.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar