Pengertian Penyesuaian Diri dan Aspek-aspek Self Adaptive Menurut Para Ahli

Daftar Isi
Pengertian Penyesuaian Diri dan Aspek-aspek Self Adaptive Menurut Para Ahli - Saat individu menghadapi situasi yang baru, individu tersebut dituntut untuk dapat membawakan diri atau dalam artian menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi individu untuk bisa menyesuaikan dirinya dengan cepat. Tentunya ada juga cara atau tips agar individu bisa cepat menyesuaikan diri. Maka dari itu universitaspsikologi.com ingin menyajikan kepada para pembaca variabel psikologi yang satu ini yaitu penyesuaian diri, selamat membaca.

Pengertian Penyesuaian Diri dan Aspek-aspek Self Adaptive Menurut Para Ahli
Penyesuaian Diri Seseorang
Baca juga: Teori-teori Konflik Peran Ganda dalam Psikologi

Pengertian Penyesuaian Diri

Menurut Fahmi (dalam Desmita, 2016) mengatakan bahwa penyesuaian terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu tidak hanya mengubah kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dari dalam dan keadaan di luar, dalam lingkungan dimana dia hidup, akan tetapi juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan adanya orang lain dan macam-macam kegiatan mereka. Jika mereka ingin penyesuaian, maka hal itu menuntut adanya penyesuaian antara keinginan masing-masingnya dengan suasana lingkungan sosial tempat mereka bekerja.

Menurut Schneiders (dalam Ali dan Asrori, 2015) penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istila adjustment atau personal adjustment. Suatu  proses yang mencangkup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialaminya dalam dirinya.

Menurut Fahmi (dalam Sobur, 2013) penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika terus menerus yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan.

Schneiders (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012) berpendapat bahwa penyesuaian diri mengandung banyak arti, antara lain usaha manusia untuk mengusai tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan tuntutan lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas, ia memberikan batasan penyesuaian diri sebagai proses yang melibatkan respon mental dan perilaku manusia dalam usahanya mengatasi dorongan-dorongan dari dalam diri agar diperoleh kesesuaian antara tuntutan dari dalam diri dan dari lingkungan. Ini berarti penyesuaian diri merupakan suatu proses dan bukannya kondisi statis.

Sunarto dan Hartono (2013) penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Penyesuaian diri ini lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk dapat menyesuaikan kondisi yang ada didalam dirinya dengan kondisi yang ada diluar dirinya sehingga individu tersebut dapat melakukan relasi-relasi secara memadai sesuai dengan tuntutan-tuntutan sosialnya.

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (dalam Ali dan Asrori, 2015) ada tiga aspek penyesuaian diri, yaitu:

a. Penyesuaian Diri sebagai Adaptasi (adaptation)

Penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut. Dengan demikian, dilihat dari sudut pandang ini, penyesuaian diri cendrung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik (self-maintenance atau survival). Oleh sebab itu, jika penyesuaian diri hanya diartiakan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis. Akibatnya, adanya kompleksitas kepribadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu dengan lingkungan menjadi terbaikan.

b. Penyesuaian Diri sebagai Bentuk Konformitas (Conformity)

Memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan prilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional. Dalam sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas dan terancam akan tertolak dirinya manakala prilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

c. Penyesuaian Diri sebagai Usaha Penguasaan (Mastery)

Usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan, emosi, dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah. Hal itu juga berarti penguasaan dalam memiliki kekuatan-kekuatan terhadap lingkungan, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan realitas berdasarkan cara-cara yang baik, akurat, sehat, dan mampu bekerja sama dengan orang lain secara efektif dan efisien, serta mampu memanipulasi faktor-faktor lingkungan sehingga penyesuaian diri dapat berlangsung dengan baik.

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2015) setidaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:

a. Kondisi fisik

Sering kali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri remaja. Aspek- aspek berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri remaja.

1) Hereditas dan konstitusi fisik

Dalam mengidentifikasi pengaruh hereditas terhadap penyesuaian diri, lebih digunakan pendekatan fisik karena hereditas dipandang lebih dekat dan takterpisah dari mekanisme fisik. Dari sini berkembang prinsip umum bahwa semakin dekat kapasitas pribadi, sifat, atau kecendrungan berkaitan dengan konstitusi fisik maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri.

2) Sistem utama tubuh

Sistem utama tubuh memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem syaraf, kelenjar, dan otot. Sistem syaraf yang berkembang dengan normal dan sehat merupakan syarat mutlak bagi fungsi-fungsi psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal yang akhirnya berpengaruh secara baik pula kepada penyesuaian diri individu.

3) Kesehatan fisik

Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat dari pada yang tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesuaian diri.

b. Kepribadian

Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri adalah:

1) Kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability)

Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan karakteristik kepribadian yang pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses penyesuaian diri. Penyesuaian diri membutuhkan kecendrungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan karakteristik sejenis lainnya. Kemauan dan kemampuan untuk berubah ini akan berkembang melalui proses belajar. Bagi individu yang dengan sesungguh-sungguh belajar untuk dapat berubah

2) Pengaturan diri (self-regulation)

Pengaturan diri sama pentingnya dengan proses penyesuaian diri dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri. Kemampuan mengatur diri dapat mencegah individu dari keadaan malasuai dan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengaturan diri dapat mengarahkan kepribadian norma mencapai pengendalian diri dan realisasi diri.

3) Realisasi diri (self-realization)

Telah dikatakan bahwa kemampuan pengaturan diri mengimplikasikan potensi dan kemampuan ke arah realisasi diri. Proses penyesuaian diri dan pencapaian hasilnya secara bertahap sangat erat kaitanya dengan perkembangan kepribadian. Jika perkembangan kepribadian  norma sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, di dalamnya tersirat potensi laten dalam bentuk sikap, tanggung jawab, penghayatan nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan, serta karakteristik lainnya menuju pembentukan kepribadian dewasa. Semua itu, unsur- unsur penting yang mendasari realisasi diri.

4) Inteligensi

Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas dasar lainnya yang penting peranannya dalam penyesuaian diri, yaitu kulitas inteligensi. Tidak sedikit, baik buruknya penyesuaian diri seseorang ditentukan oleh kapasitas intelektualnya atau intelegensinya sangat penting bagi perolehan perkembangan gagasan, prinsip, dan tujuan yang memainkan peranan penting dalam proses penyesuaian diri. Misalnya, kualitas pemikiran seseorang dapat memungkinkan orang tersebut melakukan pemilihan dan mengambil keputusan penyesuaian diri secara intelegensi dan akurat.

c. Edukasi atau Pendidikan

Unsur-unsur penting dalam edukasi/pendidikan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu, yaitu:

1) Belajar

Kemampuan belajar merupakan unsur-unsur penting dalam  diri individu karena pada umumnya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan penyesuaian diri diperoleh dan menyerap ke dalam diri individu melalui proses belajar. Oleh karena itu, kemauan belajar menjadi sangat penting karena proses belajar akan terjadi dan berlangsung dengan baik dan berkelanjutan manakala individu yang bersangkutan memiliki kemauan yang kuat untuk belajar.

2) Pengalaman

Dua jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan  proses penyesuaian diri, yaitu (1) pengalaman yang menyehatkan (salutary experiences) adalah peristiwa- peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang mengenakkan, mengasyikkan, dan bahkan dirasa ingin mengulangnya kembali. Pengalaman seperti ini akan dijadikan dasar untuk ditransfer oleh individu ketika harus menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru. Adapun pengalaman traumatik adalah peristiwa- peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan sehingga individu tersebut sangat tidak ingin peristiwa itu terulang kembali. Individu yang mengalami pengalaman traumatik akan cendrung ragu-ragu,kurang percaya diri, gamang, rendah diri, atau bahkan merasa takut ketika harus menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru.

3) Latihan

Latihan merupakan proses belajar yang diorientasikan kepada-perolehan keterampilan atau kebiasaan. Penyesuain diri sebagai suatu proses yang kompleks yang mencakup di dalamnya proses psikologis dan sosiologis maka memerlukan latihan yang sungguh-sungguh agar mencapai hasil penyesuaian diri yang baik. Tidak jarang seseorang yang sebelumnya memiliki kemampuan penyesuaian diri yang kurang baik dan kaku, tetapi karena melakukan latihan secara sungguh- sungguh, akhirnya lambat laun menjadi bagus dalam setiap penyesuaian diri dengan lingkungan baru.

4) Determinasi diri

Berkaitan erat dengan penyesuaian diri adalah bahwa sesungghnya individu itu sendiri harus mampu menentukan dirinya sendiri untuk melakukan proses penyesuaian diri, ini menjadi penting karena determinasi diri merupakan faktor yang sangat kuat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan, untuk mencapai penyesuaian diri secara tuntas, atau bahkan untuk merusak diri sendiri.

d. Lingkungan

1) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri individu. Unsur- unsur  di dalam keluarga, seperti anggota keluarga, interaksi orang tua dengan anak, interaksi antar anggota keluarga, peran sosial dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu. Selain interaksi orang tua dengan anak, interaksi antar saudara didalam keluarga juga sangat penting pengaruhnya terhadap perkembangan penyesuaian diri anak. Jika antar saudara dalam lingkungan keluarga tercipta saling memberi dan menerima, persahabatan, saling menghargai, dan saling bekerja sama akan memberikan sumbangan sangat berarti bagi proses sosialisasi yang akhirnya sangat membantu perkembangan penyesuaian diri anak.

2) Lingkungan sekolah

Sebagaimana lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dapat menjadi kondisi yang memungkinkan berkembangnya atau terhambatnya proses perkembangan penyesuaian diri. Pada umumnya, sekolah di pandang sebagai media yang sangat berguna untuk memengaruhi kehidupan dan perkembangan intelektual, sosial, nilai-nilai,sikap, dan moral siswa.

3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri. ketepatan nilai-nilai, sikap, aturan-aturan norma, moral, dan perilaku masyarakat akan diidentifikasikan oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses perkembangan penyesuaian dirinya.

e. Agama dan budaya

Agama berkaitan erat dengan budaya. Agama memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberi makna sangat mendalam,tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu. Agama secara konsisten dan terus-menerus kontinu mengingatkan manusia tentang nilai-nilai intrinsik dan kemuliaan manusia yang diciptakan oleh tuhan, bukan sekedar nilai-nilai instrumental sebagaimana yang dihasilkan oleh manusia. Dengan demikian, faktor agama memiliki sumbangan yang berarti terhadap perekembangan penyesuaian diri individu. Selain agama, budaya juga merupakan faktor yang sangat berepngaruh terhadap kehidupan individu. Hal ini terlihat dari adanya karakteristik  budaya yang diwariskan kepada individu melalui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sebagaimana faktor agama,faktor budaya juga memiliki pengaruh yang berarti bagi perkembangan penyesuaian diri individu.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Penyesuaian Diri dan Aspek-aspek Self Adaptive Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

  • Ali & Asrori. 2015. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didi. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Desmita. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Ghufron dan Risnawita. 2011. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz media.
  • Sobur, Alex. 2013. PsikologI Umum Dalam Lintas Budaya. Bandung: Pustaka Setia.
  • Sunarto & Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar