Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Asertifitas: Pengertian, Komponen, Pembentukan dan Ciri-ciri Prilaku Asertif

Teori Asertifitas: Pengertian, Komponen, Pembentukan dan Ciri-ciri Prilaku Asertif - Pada pembahasan kali ini Universitas Psikologi akan membahas mengenai asertifitas. Asertifitas adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya langsung, tanpa ada rasa penghalang sedikitpun. Prilaku asertif ini sangat menarik dan penting dibahas dalam dunia psikologi. Makanya banyak sekali penelitian yang terkait dengan salah satu variabel psikologi ini.

Teori Asertifitas: Pengertian, Komponen, Pembentukan dan Ciri-ciri Prilaku Asertif
Baca juga: Variabel Teori Psikologi Mengenai Dukungan Keluarga

Pengertian Asertifitas

Asertifitas adalah kemampuan individu untuk mengemukakan apa yang dipikirkan dan dirasakan dengan langsung, terbuka, jujur dan jelas serta mampu bertahan di jalur yang benar, mempertahankan pendapat sekaligus tetap menghormati pendapat orang lain dan peka terhadap kebutuhan orang lain. (Stein dan Book dalam Ginting dan Maskyur, 2014).

Lange dan Jakubowski (dalam Hapsari dan Retnaningsih, 2007) menyatakan asertifitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam berperilaku asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengeks-presikan perasaan, pendapat, dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya.

Menurut Cawood (dalam Safitri, 2014) perilaku asertif adalah tentang menjadi  terbuka, langsung, jujur, dan langsung pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Menurut Ress dan Graham (dalam Nuha, 2014) perilaku asertif adalah perilaku kontinium yang berada di antara perilaku agresif dan perilaku pasif.

Menurut Alberti dan Emmons (dalam Rosita, 2010) perilaku asertif adalah perilaku yang membuat seseorang dapat bertindak demi kebaikan dirinya, mempertahankan haknya tanpa cemas, mengekspresikan perasaan secara nyaman, dan menjalankan haknya tanpa melanggar orang lain. Civil (dalam Safitri, 2014) perilaku asertif adalah tentang menjadi terbuka, langsung, dan jujur, perilaku asertif tentang dipusatkan dan meminta apa yang diinginkan atau diperlukan selagi orang lain itu juga mempunyai kebutuhan.

Berdasarkan defenisi yang diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku asertif adalah kemampuan untuk berterus terang, menjadi terbuka, langsung,  dan jujur, perilaku yang membuat seseorang bertindak demi kebaikan dirinya, mempertahankan haknya tanpa cemas, mengekspresikan perasaan secara nyaman, namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.

Komponen-komponen Perilaku Asertifitas

Menurut Cawood (dalam Safitri, 2014) ada komponen penting dalam perilaku asertif yaitu:

a. Prinsip memberi, yaitu prinsip langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran perasaan, kebutuhan, atau hak-hak tanpa kebutuhan yang beralasan.

1) Langsung, pesan yang disampaikan jelas dan fokus. Tidak berbicara berbelit-belit dan tidak menghakimi
2) Jujur, perilaku yang selaras, semua isyarat itu cocok baik kata-kata, gerak-gerik, dna perasaan mengatakan hal yang sama. Yaitu keselarasan antara pesan verbal dan pesan non verbal. Menerima kekurangan pada diri atas sikap dan perbuatan.
3) Pada tempatnya, memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain serta diri sendiri.

b. Prinsip menerima, bersifat interaktif adalah kemampuan untuk menerima apa yang dikatakan atau dirasakan oleh orang lain tanpa mengingkari hak-hak meraka atas pikiran maupun perasaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa komponen perilaku asertif pertama adalah prinsip memberi yaitu langsung, jujur, dan pada temaptnya. Kedua prinsip menerima.

Pembentukan Perilaku Asertif

Menurut Ress dan Graham (dalam Nuha, 2014) munculnya perilaku asertif karena adanya unsur:

a. Kejujuran: perilaku asertif akan sulit diwujudkan jika seseorang tidak jujur karena dengan kejujuran, orang lain akan mengerti, memahami, dan menghormati apa yang dipikirkan dan dirasakan orang yang bersangkutan.

b. Tanggung jawab: hal ini berarti seseorang bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya atau keputusanya tanpa menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada dirinya.

c. Kesadaran diri
Ketika seseorang akan belajar asertif, sebelumnya ia paham lebih dahulu mengenal dirinya sendiri, agar lebih memperhatikan perilaku yang dimunculkan dan memikirkan cara yang diinginkan.

d. Percaya diri
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang rendah akan menghambat perilaku asertifnya karena ada perasaan atau anggapan bahwa hal-hal yang negatif akan terjadi jika ia melakukan sesuatu sehingga tidak yakin bahwa perilaku  tersebut justru akan membawa perubahan yang positif.

Ciri-ciri Orang Asertif

Untuk berperilaku asertif, seseorang harus terlebih dahulu mengetahui akan hak-haknya. Ress dan Graham (dalam Nuha, 2014) hak-hak asertif manusia tersebut meliputi:

a. Hak bertindak yang tidak melanggar hak-hak orang lain
b. Hak menjadi asertif atau tidak asertif
c. Hak menentukan pilihan
d. Hak berubah
e. Hal mengontrol badan, waktu dan kepemilikan
f. Hak menyatakan pendapat dan kepercayaan
g. Hak mengajukan permintaan
h. Hak berfantasi
i. Hak memiliki kebutuhan dan keinginan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertifitas

Menurut Rathus dan Nevid (dalam safitri, 2010) terdapat 6 faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif, yaitu:

a. Jenis kelamin
Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan pikiran dan perasaan dibandingkan laki-laki.

b. Self esteem
Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan.

c. Kebudayaan
Tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang.

d. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka.

e. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian tertentu seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu dengan tipe kepribadian lain.

f. Situasi tertentu lingkungan sekitarnya
Dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam kehidupan tertentu akan dikuatirkan menganggu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku asertifitas adalah jenis kelamin, self esteem, kebudayaan, tingkat pendidikan, tipe kepribadian, dan situasi tertentu lingkungan sekitarnya.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Asertifitas: Pengertian, Komponen, Pembentukan dan Ciri-ciri Prilaku Asertif. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar untuk "Teori Asertifitas: Pengertian, Komponen, Pembentukan dan Ciri-ciri Prilaku Asertif"