Pengertian Konflik Peran Ganda dan Penyebabnya Menurut Para Ahli

Daftar Isi
Pengertian Konflik Peran Ganda dan Penyebabnya Menurut Para Ahli - Konflik dalam kehidupan ini merupakan hal yang tidak dapat dihindari keberadaannya. Karena konflik setiap manusia dapat belajar dan menyempurnakan dirinya. Dalam pembahasan kali ini Universitas Psikologi (universitaspsikologi.com) akan memberitahukan penjelaskan apa itu konflik peran ganda. Sebagai contoh konflik peran ganda adalah suatu pertentangan yang terjadi dan disebabkan oleh peran ataupun pekerjaan yang dijalani oleh individu lebih dari satu. Banyak hal yang bisa saja berpengaruh terhadap indivdu yang memiliki konflik peran ganda ini. Untuk lebih jelasnya apa itu konflik peran ganda, aspek konflik peran ganda, dan pengaruh faktor-faktor konfliknya silahkan disimak pada tulisan di bawah ini.
Pengertian Konflik Peran Ganda dan Penyebabnya Menurut Para Ahli
Konflik Peran Ganda
Baca juga: Teori Dukungan Sosial (Social Support)

Konflik Peran Ganda

Pengertian Konflik Peran Ganda

Menurut Robbin (dalam Ruslina, 2014) konflik adalah suatu proses dimana terjadi pertentangan dari suatu pemikiran yang dirasa akan membawa suatu pengaruh yang negatif. Pengertian peran ganda menurut Kartini (dalam Ruslina, 2014) adalah peranan perempuan dalam dua bentuk, yaitu perempuan yang berperan dibidang domestik dan perempuan karir, yang dimaksud dengan tugas domestik adalah perempuan yang hanya bekerja dirumah saja sebagai istri yang setia. Sedangkan yang dimaksud dengan perempuan karir adalah apabila ia bekerja di luar, maupun bekerja secara profesional karena ilmu yang didapat atau karena keterampilannya.

Menurut Ivancevich dkk (dalam Jumilah, 2015) konflik peran ganda muncul ketika seseorang menerima pesan yang tidak sebanding berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai. Sedangkan Arinta dan Azwar (dalam Jumilah, 2015) juga berpendapat bahwa konflik peran ganda bersifat psikologis dengan gejala antara lain, rasa bersalah, gelisah, tergantung, dan frustasi. Konflik peran ganda muncul karena peran dengan orientasi berbeda sama-sama membutuhkan pengabdian yang baik.

Menurut Greenhaus dan Beutell (dalam Laksmi dan Hadi, 2012) konflik peran ganda didefenisikan sebagai suatu bentuk konflik peran dalam diri seseorang yang muncul karena adanya tekanan peran dari pekerjaan yang bertentangan dengan tekanan peran dari keluarga. Konflik peran ganda bisa terjadi akibat lamanya jam kerja individu, sehingga waktu bersama keluarga menjadi berkurang. Individu harus menjalankan dua peran pada saat yang bersamaan, yakni dalam pekerjaan dan dalam keluarga, sehingga faktor emosi dalam suatu wilayah mengganggu wilayah lainnya. Sekaran (dalam Rinantri dkk, 2014) menyatakan bahwa konflik peran ganda adalah permasalahan yang dialami oleh ibu rumah tangga, baik sebagai istri atau karyawan dalam memperoleh kehidupan sosial yang baik.

Menurut Grandey, dkk (dalam Laksmi dan Hadi, 2012) konflik pekerjaan keluarga dapat menyita waktu dan energi seseorang sehingga menyebabkan perasaan terancam dalam diri seseorang serta perilaku negatif dalam pekerjaan. Lingard dan Francis (dalam Susanti dan Ekayanti, 2013) menyatakan bahwa konflik peran ganda menimbulkan efek negatif baik bagi pekerja maupun bagi keluarga. Bentuk efek negatif konflik peran ganda adalah ketidakpuasan hidup dan pernikahan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konflik peran ganda adalah suatu ketidaksuaian antara harapan-harapan yang tidak diinginkan baik tekanan yang berasal dari tempat bekerja atau tekanan peran yang berasal dari rumah.

Aspek Konflik Peran Ganda

Menurut Sekaran (dalam Ruslina, 2014) aspek yang perlu diperhatikan tersebut meliputi:

a. Pengasuhan anak

Tugas utama seorang istri adalah mengurus suami, anak dan memberikan pendidikan terbaik baginya. Aspek pengasuhan anak ini sangat berkaitan dengan konflik keluarga dan kerja, misalnya ketika ibu harus bersiap-siap untuk bekerja dan anak akan berangkat sekolah, sang ibu tidak bisa menyiapkan kebutuhan anak sedangkan anak sangat butuh perhatian dan kasih sayang dari ibunya.

b. Bantuan pekerjaan rumah tangga

Bantuan pekerjaan rumah tangga yang dimaksud adalah istri yang tetap bekerja untuk melayani suami dan anaknya, walaupun pekerjaan rumah tangga telah diserahkan kepada pembantu rumah tangga, sang istri tetap berkewajiban untuk mengetahui segala urusan yang berhubungan dengan rumah tangga. Misalnya ketika menyiapkan makanan meskipun ada pembantu, sang ibu harus terlibat dalam menyiapkan makanan tersebut padahal ibu tersebut sudah lelah bekerja.

c. Komunikasi dan interaksi dengan suami dan anak

Komunikasi dan interaksi dengan suami dan anak merupakan suatu siklus kehidupan yang harus dijalani seorang istri. Misalnya ketika sang ibu sedang sibuk dengan pekerjaanya, sehingga jarang berkomunikasi dengan suami dan anak. bila hal tersebut tidak mampu dijalani maka akan menyebabkan konflik dalam rumah tangga begitupun sebaliknya.

d. Waktu untuk keluarga

Seorang istri harus dapat membagi waktu untuk keluarga (suami dan anak). Walaupun memiliki jadwal yang padat, istri semaksimal mungkin harus mampu memberikan waktu untuk suami dan anak. Bila hal itu tidak mampu diberikan seorang istri karena kesibukannya di tempat kerja maka terjadi hal-hal yang negatif seperti anak kurang mendapat perhatian. Misalnya ketika sang ibu sedang sibuk atau mempunyai tugas dari kantor sehingga tidak mempunyai waktu untuk bersantai dengan suami dan anak.

e. Menentukan prioritas

Seorang istri harus mampu menentukan prioritas kerja dan keluarga. Disini istri dituntut untuk dapat menentukan sikap terhadap dua peran yang harus dijalaninya. Upaya yang dapat ditempuh oleh istri untuk mengatasi konflik tersebut adalah memilih kedua peran tersebut dengan tetap mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi. Misalnya ketika anak sakit, sedangkan ibu harus menghadiri acara penting dari kantor untuk menunjang karirnya.

f. Tekanan karir dan tekanan keluarga

Setiap peran memiliki konsekuensi masing-masing. Disatu sisi karir menuntut agar mampu mencurahakan tenaga, waktu dan pikiran terhadap pekerjaan. Disisi lain keluarga terutama anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari seorang ibu.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek konflik peran ganda terdiri dari pengasuhan anak, bantuan pekerjaan rumah tangga, komunikasi dan interaksi dengan suami dan anak, waktu untuk keluarga, menentukan prioritas, dan tekanan karir dan tekanan keluarga.

Faktor-faktor Penyebab Konflik Peran Ganda

Menurut Simon (dalam Khaira, 2014) mengatakan bahwa konflik peran ganda muncul karena adanya beberapa faktor, yaitu:

a. Adanya tuntutatan dari pekerjaan dan keluarga,
b. Kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga,
c. Adanya tekananan dari pekerjaan membuat seseorang sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
d. Kewajiban pekerjaan yang seringkali merubah rencana bersama keluarga.

Greenhaus dan Beutell (dalam Wirakristama, 2011) menyatakan bahwa seseorang yang mengalami konflik peran ganda akan merasakan ketegangan dalam bekerja. Konflik peran ini bersifat psikologis, gejala yang terlihat pada individu yang mengalami konflik peran ini adalah frustrasi, rasa bersalah, kegelisahan dan keletihan. Faktor-faktor penyebab konflik peran ganda, diantaranya:

a. Permintaan waktu akan peran yang tercampur dengan pengambilan bagian dalam peran yang lain.
b. Stres yang dimulai dalam satu peran yang terjatuh ke dalam peran lain dikurangi dari kualitas hidup dalam peran itu.
c. Kecemasan dan kelelahan yang disebabkan ketegangan dari satu peran dapat mempersulit untuk peran yang lainnya.
d. Perilaku yang efektif dan tepat dalam satu peran tetapi tidak efektif dan tidak tepat saat dipindahkan ke peran yang lainnya.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Konflik Peran Ganda dan Penyebabnya Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar