Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Pola Asuh - Mengenal Pola Asuh Orang Tua dari Jenis, Prinsip, dan Dampaknya

Pengertian Pola Asuh - Mengenal Pola Asuh Orang Tua dari Jenis, Prinsip, dan Dampaknya - Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satunya bisa melalui pola asuh yang baik juga terhadap anak. Anak yang mendapatkan pola asuh yang tepat dari kedua orang tuanya akan sangat membantu si anak untuk menemukan jati dirinya dengan cara yang positif. Dalam pembahasan di tulisan ini, kita akan menelaah lebih dalam apa itu pola asuh dan hal-hal tentang pola asuh ini.

Pengertian Pola Asuh - Mengenal Pola Asuh Orang Tua dari Jenis, Prinsip, dan Dampaknya
Baca juga: Cari Tahu Tentang Apa itu Autisme?

Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua menurut Gunarsa (2000) merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar dapat hidup selaras dengan lingkungan.

Hetherington & Whiting (1999) mendefinisikan pola asuh sebagai proses interaksi total antara orang tua dengan anak, seperti proses pemeliharaan, pemberian makan, membersihkan, melindungi dan proses sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar. Orang tua akan menerapkan pola asuh yang terbaik bagi anaknya dan orang tua akan menjadi contoh bagi anaknya.

Menurut Wahyuning (2003) pola asuh adalah seluruh cara perlakuan orang tua yang ditetapkan pada anak, yang merupakan bagian penting dan mendasar menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Pengasuhan anak menunjuk pada pendidikan umum yang ditetapkan pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi orang tua (sebagai pengasuh) dan anak (sebagai yang diasuh) yang mencakup perawatan, yang mendorong keberhasilan dan melindungi maupun sosialisasi yang mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat.

Menurut Hersey & Blanchard memandang pola asuh sebagai suatu bentuk dari kepemimpinan. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi seseorang oleh orang lain, dalam hal ini peran kepemimpinan orangtua adalah ketika mereka mencoba memberi pengaruh yang kuat pada anaknya.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga norma-norma yang berlaku.

Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua

Ada tiga jenis pola asuh menurut Gunarsa (2000) yaitu:

1) Pola asuh otoriter di mana orang tua membatasi dan menghukum, menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua.

2) Pola asuh otoritatif yaitu pola asuh yang mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka.

3) Pola asuh permisif di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.

Menurut Baumrind (1999) ada empat macam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yaitu:

1) Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannnya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersifat realitas terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

2) Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Pola asuh ini juga cenderung membatasi perilaku kasih sayang, sentuhan dan kelekatan emosi orang tua pada anak sehingga antara orang tua dan anak seakan memiliki dinding pembatas yang memisahkan si otoriter (orang tua) dengan si patuh (anak).

3) Pola asuh permisif

Pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anaknya apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Orang tua seperti ini bisanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai anak.

4) Pola asuh penelantar

Orang tua tipe ini biasanya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim untuk anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja dan juga kadang kala biayapun sangat dihemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik atau psikis pada ibu yang depresi biasanya tidak mampu memberikan perhatian secara fisik maupun psikis anaknya.

Menurut Maccoby & Martin menambahkan satu jenis pola asuh lagi dengan pola asuh uninvolved:

1) Authoritative

Dicirikan dengan adanya tuntutan dari orangtua yang disertai dengan komunikasi terbuka antara orangtua dan anak, mengharapkan kematangan perilaku pada anak disertai dengan adanya kehangatan dari orangtua.

2) Authoritarian

Dicirikan dengan orangtua yang selalu menuntut anak tanpa memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya, tanpa disertai dengan komunikasi terbuka antara orangtua dan anak juga kehangatan dari orang tua.

3) Permissive

Dicirikan dengan orangtua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan ataupun kontrol, anak diperbolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.

4) Uninvolved

Dicirikan dengan orang tua yang bersikap mengabaikan dan lebih mengutamakan kebutuhan dan keinginan orangtua daripada kebutuhan dan keinginan anak, tidak adanya tuntutan, larangan ataupun komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan jenis-jenis pola asuh orangtua meliputi pola asuh authoritative, pola asuh authoritarian, pola asuh permissive, dan pola asuh uninvolved.

Prinsip Pengasuhan

Menurut Stewart dan Koch (dalam Tarmudji, 2000) ada sepuluh prinsip pengasuhan anak yang harus diperhatikan oleh orang tua, yaitu:

1) Perhatian

Diperlukan perhatian yang cukup dan konsisten dari kedua orang tua dalam interaksi rutin sehari-hari, adanya kualitas waktu yang membuat anak merasa berharga serta memenuhi kebutuhan akan perhatian merupakan komponen penting untuk mengembangkan rasa harga diri dan ikatan keluarga yang kuat.

2) Pengertian

Adanya saling percaya antara anak dan orang tua sehingga anak berani menceritakan masalah apapun. Memahami perasaan anak merupakan dasar yang kuat untuk mempengaruhi pertumbuhan emosi. Kesediaan untuk mendengar dan berempati buka jendela hati, dapat memahami apa yang diperlukan anak dari orang tua untuk mengatasi masalahnya, memberikan dukungan saat anak merasa tidak aman, membantu berfikir jernih saat menghadapi hal yang membingungkan, memberikan bimbingan dan disiplin saat menemui kesulitan untuk mengendalikan diri.

3) Ekspresi cinta

Tunjukan ekspresi cinta secara langsung, rasa senang, bangga dan dukungan, perasaan dicintai akan membangkitkan emosi positif di otak, serta berpengaruh pada kemampuan untuk merasakan kebahagiaan di kemudian hari.

4) Inklusi

Sense of belongingness dalam keluarga, perasaan puas saat dibutuhkan oleh orang lain, beri tanggung jawab rumah tangga, libatkan dalam pengambilan keputusan serta keadilan untuk mengambil peran sosial.

5) Konfirmasi

Akui bahwa mengekspresikan emosi negatif adalah hal wajar, pahami penyebabnya, dan biarkan anak berekspresi secara bebas dengan cara yang tepat. Melarang segala bentuk emosi negatif justru akan mengembangkan sikap meledak-ledak dan pendedam.

6) Peraturan dan batasan

Firm, flexible, kind (batasan fisik dan psikologis), lingkungan yang teratur dan konsisten mengembangkan rasa aman, percaya diri, dan rasa memiliki/dimiliki, terlalu permisif, insecure dan self esteem rendah karena tidak ada kebebasan untuk mengandalkan kemampuan sendiri, batasan yang jelas dan masuk akal disampaikan secara baik dan terbuka untuk didiskusikan lebih mudah diterima dan dipahami anak dan mempunyai dampak yang positif untuk perkembangan mental dan sosial.

7) Beri contoh

Orang tua merupakan panutan, penerapan “do as I say, not as I do” adalah salah, konsistensi antara apa yang diucapkan dengan yang dilakukan karena anak meniru apa yang dilakukan, bukan melakukan apa yang diperintahkan atau dikatakan.

8) Berbagi power

Anak akan menggunakan power untuk memperoleh kebebasan mencapai kemandirian, ini merupakan hal yang normal pada orang dewasa, kerjasasama, negosiasi dan adanya structured choice.

9) Tunjukkan harapan yang tinggi dan realitas (high expectation)

Adanya goal setting, self motivation, aspira yang realitas karena terlalu tinggi akan merusak optimisme dan hannya menyenangkan orang tua sedangkan bila terlalu rendah akan mengakibatkan motivasi untuk berprestasi rendah, hargai usahanya bukan hasil akhir kemudian berikan pujian yang realistis untuk mengembangkan kepercayaan diri dan rasa puas dengan kemampuan dirinya.

10) Pemberdayaan diri orang tua

Jangan pernah mengatakan “that’ s the way I am”, terlalu cepat menyerah dengan kemampuan diri akan ditiru oleh anak. Anak-anak mengharapkan orang tuanya tegar dan sehat, berikan contoh dan berubah selagi bisa.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan prinsip pengasuhan adalah perhatian, pengertian, ekspresi cinta, inklusi, konfirmasi, peraturan dan batasan, beri contoh, berbagi power, tunjukan harapan yang tinggi dan realitas.

Dampak Pola Pengasuhan Orangtua

Menurut Baumrind dampak pola asuh yaitu:

1) Dampak pola asuh demokratis, pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap orang lain.

2) Dampak pola asuh otoriter, pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah, cemas dan terkesan menarik diri.

3) Dampak pola asuh permisif, pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri.

4) Dampak pola asuh penelantar, pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos dan sering bermasalah dengan teman-temannya.

Baumrind membedakan dampak pola asuh menjadi empat, yakni:

1) Pola asuh authoritarian

Anak dari pola asuh seperti ini biasanya memiliki kecenderungan moody, murung, ketakutan, kesedihan dan tidak spontan. Anak juga menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman dalam hubungan dengan teman sebaya dan menunjukkan kecenderungan bertindak keras saat tertekan dan memiliki harga diri yang rendah.

2) Pola asuh authoritative

Anak yang memiliki pola asuh seperti ini tergolong sebagai anak yang ceria, cenderung kompeten secara sosial, enerjik, bersahabat dan memiliki keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri, memiliki harga diri yang tinggi serta memiliki prestasi yang tinggi.

3) Pola asuh permissive

Anak dari pola asuh seperti ini tidak dapat mengontrol diri sendiri, tidak mau patuh dan tidak terlibat dengan aktivitas di kelas.

4) Pola asuh tidak terlibat

Kegiatan pola asuh ini merupakan kegiatan pola asuh yang paling buruk dibandingkan kegiatan pola asuh yang lain dan merupakan tambahan dari ketiga kegiatan pola asuh yang lain. Jenis pola asuh ini tidak memiliki kontrol orang tua sama sekali. Anak dari kegiatan pola asuh seperti ini cenderung terbatas secara akademis dan sosial.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan dampak pola pengasuhan orangtua adalah anak dari pola asuh authoritarian biasanya memiliki kecenderungan moody, murung, ketakutan, kesedihan dan tidak spontan, anak dari pola asuh authoritative tergolong sebagai anak yang ceria, cenderung kompeten secara sosial, enerjik, anak dari pola asuh permissive tidak dapat mengontrol diri sendiri, tidak mau patuh dan tidak terlibat dengan aktivitas di kelas, sedangkan pola asuh dari tidak terlibat pola asuh anak cenderung terbatas secara akademis dan sosial.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Pola Asuh - Mengenal Pola Asuh Orang Tua dari Jenis, Prinsip, dan Dampaknya. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar untuk "Pengertian Pola Asuh - Mengenal Pola Asuh Orang Tua dari Jenis, Prinsip, dan Dampaknya"