Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli

Pengertian dan Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli - Baiklah teman psikologi, kali ini Universitas Psikologi akan membahas seputar komunikasi. Ada dua komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Nah, untuk hari ini kita akan bahas terlebih dahulu komunikasi interpersonal. Teman-teman akan belajar seperti apa komunikasi interpersonal itu pada tulisan berikut ini.
Pengertian dan Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli
Komunikasi Interpersonal
Baca juga: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Problem Solving

Pengertian Komunikasi Interpersonal

Griffin (2000) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal adalah ”as the process of creating unique shared meaning, but the impact of this statement depends on images it calls to mind.” Dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses menciptakan makna yang unik dan kemudian disampaikan kepada orang lain. Pengaruh dari pesan yang disampaikan tergantung pada pandangan seseorang yang disebut pemahaman.

Gamble & Gamble (2005) menyatakan komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut: “An interpersonal communication is a meaningful dyadic person to person connection. When we share interpersonal relationship with another person, we become interdependent with that person.” Komunikasi interpersonal adalah hubungan penuh makna orang per orang yang terjadi secara diadik. Ketika orang saling melakukan (share) hubungan interpersonal dengan orang lain, maka seseorang akan saling mengalami ketergantungan dengan orang lain.

McCroskey (Cangara, 2007) mengemukakan komunikasi interpersonal tidak hanya dilakukan secara tatap muka tetapi juga komunikasi yang menggunakan alat yakni “The channel is the means of conveyance of the stimulate the source creates to the receiver. Channels include airmwaves, light waves and the like.” Komunikasi interpersonal mencakup komunikasi yang beralat (memakai media mekanik) dan komunikasi interpersonal yang tidak beralat (berlangsung secara tatap muka).

Hardjana (2010) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menyampaikan pesan secara langsung pula, sedangkan menurut De Vito (1997) komunikasi interpersonal adalah aktivitas “penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera”.

De Vito (2000) juga melengkapi definisi sebelumnya, di mana komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang yang sebelumnya sudah memiliki hubungan diantara keduanya. Komunikasi tersebut dapat terjadi antara ayah dan anak lelaki, pekerja dengan pekerja yang lain, dua saudara perempuan, guru dan murid, dua orang yang sedang terlibat hubungan asmara, ataupun dua teman.

Berdasarkan kutipan tersebut, komunikasi interpersonal dapat diartikan suatu bentuk komunikasi pada manusia yang terjadi ketika berinteraksi bersama dengan orang lain dan saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi bersama berarti bahwa mitra komunikasi tersebut adalah keduanya bertindak berdasar pada informasi yang sama dan dalam waktu yang sama. Pengaruh bersama berarti bahwa kedua mitra berpengaruh dalam interaksi, hal ini mempengaruhi pemikiran seseorang, perasaan seseorang, dan cara menginterpretasikan pertukaran informasi.

Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (1997) komunikasi interpersonal dapat berjalan efektif, apabila memiliki lima aspek efektifitas komunikasi, yaitu:

a. Keterbukaan (openess)

Keterbukaan merupakan hal yang penting dalam berkomunikasi. Keterbukaan yang dimaksudkan adalah kesediaan untuk mengakui perasaan dan pikiran sebagai milik setiap orang dan harus bertanggungjawab atasnya. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga hal yakni: (a) komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi, tetapi harus ada kesediaan untuk membuka diri dalam arti mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalhkan pengungkapan diri tersebut masih batas-batas kewajaran, (b) mengacu pada kesetiaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang, dan (c) menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah milik kita dan kita bertanggungjawab atasnya.

b. Empati (emphaty)

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui hal yang sedang dialami oleh orang lain pada suatu saat tertentu,d ari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti yang mengalaminya. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap orang lain. Langkah pertama dalam mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Reaksi tersebut dapat menghambat pemahaman. Langkah kedua, makin banyak seseorang mengenal orang lain (keinginan, pengalaman, kemampuan, dan ketakutan) maka makin mampu melihat dan merasakan hal-hal yang dialami orang lain. Langkah ketiga, mencoba merasakan hal yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.

c. Dukungan (supportiveness)

Dukungan dimaksudkan suatu sikap yang menunjukkan perasaan mendukung terhadap suatu hal. Sikap mendukung dapat dilihat dalam tiga hal yakni: (a) deskriptif, bukan evaluatif. Dalam komunikasi yang bernada menilai seringkali membuat seseorang bersikap defensif, namun bukan berarti semua komunikasi evaluatif menimbulkan reaksi defensif. Orang seringkali bereaksi terhadap evaluasi positif tanpa sikap defensif, namun evaluasi negatif tidak selalu menimbulkan reaksi defensif, (b) spontanitas, gaya spontanitas dapat menciptakan suasana mendukung. Orang spontan dalam komunikasi dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannyabiasanya bereaksi dengan cara yang sama (terus terang dan terbuka). Sebaliknya, seseorang merasa bahwa orang lain menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dan mempunyai rencana atau strategi tersembunyi, maka seseorang akan berekasi secara defensif, dan (c) provisionalisme, artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangannya yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Bila seseorang bertindak secara provisional yaitu dengan pikiran terbuka, dengan keasadaran penuh bahwa orang lain mungkin saja keliru, dan dengan kesediaan untuk mengubah sikap dan pendapatnya, maka orang tersebut dapat didorong atau didukung.

d. Sikap positif (positiveness)

Komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap mereka sendiri dan perasaan positif untuk situasi komunikasi yang pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Sikap positif dalam komunikasi antarapribadi dapat dikomunikasikan melalui sikap dan dorongan. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi yakni: (a) komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri, (b) perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaktif yang efektif. Dorongan dipandang sangat penting dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antara manusia secara umum. Perilaku mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain, perilaku ini bertentangan dengan ketidakacuhan.

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam suasananya ada kesetaraan. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa keduanya sama-sama bernilai dan berharga, kedua belah pihak memiliki sesuatu yang bernilai untuk disumbangkan. Kesetaraan tidak berarti mengharuskan seseorang menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti menerima pihak lain sebagai lawan bicara, atau kesetaraan meminta seseorang untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, aspek-aspek komunikasi yang efektif terdiri dari keterbukaan (openess), empati (emphaty), dukungan (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

Hambatan Komunikasi Interpersonal

Sementara menurut Umar (2002) secara umum hambatan komunikasi interpersonal mencakup empat hal sebagai berikut:

a. Hambatan dari proses komunikasi. Hambatan dari proses komunikasi mencakup beberapa hal seperti berikut:

1) Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan. Hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.

2) Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

3) Hambatan media adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.

4) Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.

5) Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

6) Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

b. Hambatan fisik. Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.

c. Hambatan semantik. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.

d. Hambatan psikologis. Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam membangun komunikasi interpersonal pada pasangan suami-isteri memiliki sejumlah hambatan. Hambatan komunikasi tersebut secara umum mencakup hambatan dari proses kemunikasi, hambatan fisik, semantik, dan hambatan psikologis.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian dan Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar untuk "Pengertian dan Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli"