Metode Obeservasi dan Wawancara Klinis

Daftar Isi
Metode Obeservasi dan Wawancara Klinis - Metode dengan teknik observasi dan wawancara merupakan metode assesment yang paling tua dalam dunia psikologi. Sebagai contoh, lama sebelum assesment dengan menggunakan alat-alat tes dikenal, pemerintah Cina pada abad pertengahan telah menggunakan ujian lisan dalam mengevaluasi pegawai pemerintahannya. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal para pegawai tersebut. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi seperti Oxford University (Aiken, 1996).

Perilaku manusia: (individual - kelompok)

  • Overt (Observable): Pakai observasi 
  • Covert (Unobservable): Pakai wawancara 

Observasi & Wawancara

  • Metode yang paling tua 
  • Metode utk himpun informasi (data psikologis; perilaku) yang diperlukan. 
  • Psikodiagnostik: upaya diagnosis gejala psikologis berupa ‘penyakit/gangguan’ emosi / kepribadian (orientasi: Klinis-Medis) untuk menemukan:
1. Sumber & dinamika penyebab
2. Prognosis ‘kesembuhan’
3. Cara ‘penyembuhan’ (treatment) yang terbaik (dari segi waktu & guna)


Observasi

  • Studi yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis melalui proses penglihatan atas gejala-gejala spontan yang terjadi (Pauline Young) 
  • Cara yang paling dasar untuk mendapatkan informasi mengenai gejala-gejala sosial melalui proses penglihatan (Jahoda) 
  • Observasi merupakan suatu metode dasar yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui proses penglihatan. 
  • Seluruh data diperoleh melalui pengamatan. 

Fungsi Observasi dalam penelitian sosial:

  • Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya eksploratif 
  • Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam. 
  • Sebagai metode utama penelitian. 

Syarat Observasi sebagai metode ilmiah:

  • Observasi harus dipergunakan dan dirumuskan menurut tujuannya. 
  • Observasi harus direncanakan secara sistematis (aturan, alat bantu dll) 
  • Observasi harus dicatat secara sistematis 
  • Hasil observasi dapat diperiksa kembali, baik validitas maupun reliabilitasnya. 

Kekuatan Observasi:

  • Memungkinkan perekaman gejala2 pada waktu terjadinya 
  • Ada studi sosial/psikologis yang tidak mungkin menggunakan metode lain 
  • Observasi tidak tergantung pada kemauan subyek yang diobservasi untuk melaporkan atau menceritakan pengalamannya. 

Kelemahan Observasi:

  • Observasi sangat tergantung pada individu yang melakukan observasi (ada faktor subyektivitas observer) 
  • Hal2 yang dapat diobservasi terbatas pada tingkah laku yang tampil 
  • Terbatas dalam kurun waktu (kita tidak dapat mengobservasi secara langsung kejadian yang sudah lalu) 
  • Menunggu gejala yang diobservasi 

Mengatasi Kelemahan Observasi:

  • Membuat perumusan tujuan secara jelas dan menuangkannya kedalam pola tingkah laku yang akan diobservasi secara terperinci 
  • Melakukan pencatatan observasi dengan dibantu alat perekam seperti kemera ataupun audiovisual 
  • Melakukan observasi dengan 2 observer atau lebih
Metode Obeservasi dan Wawancara Klinis
image source: www(dot)corriereinformazione(dot)it
Baca juga: Kisah Hidup Tokoh Psikologi Jung

Observasi Klinis

  • Melihat secara seksama dapat memberikan petunjuk berbagai aspek penting kepribadian, pengaruh kultural, pengendalian diri, sikap dan hubungan dengan orang lain.
  • Misal: pakaian, penampilan
  • Semua orang yang kita temui menunjukkan simbol identitas, peran dan riwayat personal tertentu.
  • Contoh: Parut di pergelangan tangan --> upaya bunuh diri
  • Pakaian berantakan & rambut kusut dlm konteks sosial ttt --> depresi, skizofrenia
  • Pakaian rapi berlebihan --> kepribadian kompulsif
  • Klinis menggunakan pengamatan sehari-hari yang informal + tanda2 abnormalitas, concern personal & jenis-jenis hubungan interpersonal.
  • Contoh: cara berjalan spt “mengambang” : gejala khas beberapa skizofrenia
  • Hindari kontak mata: masalah hubungan interpersonal

Wawancara

  • Aktivitas & Tujuan Ilmu Pengetahuan
  • mendeskripsikan
  • menerangkan
  • meramalkan > gejala > memahami
  • mengendalikan

Fokus psikologi:

  • Pengkajian: perilaku manusia :
  • Individual; kelompok
  • Overt (Observable) > Pakai observasi
  • Covert (Unobservable) > Pakai wawancara

Makna:

Psikolog sebagai ilmuwan ataupun praktisi/ profesional
Melalui pemahaman yang dimiliki dapat menemukan cara2 yang tepat untuk ‘menangani’ gejala yang ada (kontrol; intervensi)

Metode Observasi Wawancara

  • Metode yang paling tua
  • Metode untuk himpun informasi (data psikologis; perilaku) yang diperlukan.
  • Catatan: Psikodiagnostik > lazim: upaya diagnosis gejala psikologis berupa ‘penyakit/gangguan’ emosi / kepribadian (orientasi: Klinis-Medis) untuk menemukan:
  • Sumber & dinamika penyebab
  • Prognosis ‘kesembuhan
  • Cara ‘penyembuhan’ (treatment) yang terbaik (dari segi waktu & guna)
  • Wawancara bukan sekedar persoalan bicara-bicara, yang mudah dilakukan setiap orang
Wawancara :
- aktivitas manusia yang kompleks
- butuh pengetahuan (knowledge) & kecakapan2 (skills) tertentu
- memuat resiko yang kerap diabaikan

Wawancara efektif bila menghasilkan hal2 yang diinginkan dan memberi kepuasan kepada semua pihak yang terlibat

Wawancara pada dasarnya → Seni; butuh bakat, kesungguhan & pengembangan kecakapan diri yang terus menerus

Definisi Wawancara

–... a conversation with a purpose (Bingham & Moore, dlm Cannel & Kahn, 1969)

→ tujuan wawancara → menentukan proses wawancara

... verbal instruction that is both purposeful and directed, in which one person takes the responsibility for the development of the conversation (De Schweinitz & Karl, dlm M&L, 1982)

→ directed: diarahkan

Komunikasi Antar Pribadi

  • Tujuan spesifik, ditetapkan dengan jelas terlebih dulu (menyangkut content)
  • Proses: bicara – mendengarkan; tanya –jawab
  • Sentral tanggungjawab : pihak yang berkepentingan → mengarahkan/mengendalikan wawancara
  • Wawancara yang sukses → pewawancara hanya bicara sedikit, banyak mendengarkan

Wawancara

–SOLERs: (tingkah laku bahasa tubuh)
  • S : Squarely : wajah menghadap interviewee
  • O : Open : jangan bersidekap, sikap tubuh terbuka
  • L : Lean forward : badan doyong kedepan
  • E : Eye contact : tatap mata
  • R : Relax : santai

Simbol

Interviewer : R : ITER
Interviewee : E : ITEE

Dimensi-dimensi kritis dalam hubungan antarpribadi: (S&C,2000) :

1. Similaritas

  • Antara E & R ada persamaan norma budaya, nilai2, pengaruh lingkungan, pengalaman, personality traits, sikap dan harapan.
  • Bisa berpengaruh baik terhadap wawancara, tetapi bukan berarti bila tidak ada kesamaan wawancara akan tidak sukses.

2. Inklusi & Involvement

E & R mau terlibat dalam wawancara
Kadang-kadang salah satu pihak tidak mau terlibat dalam wawancara
Misal: kita suka sebel kalau ada penjual yang tidak berhenti ngomong & tidak kasih kesempatan kita buat bertanya.

3. Afeksi & Liking

E & R harus saling suka dan menghargai satu sama lain
Suasana yang hangat bisa lebih tercapai bila kita menggunakan istilah “kita’ dibandingkan bila kita menggunakan ‘saya – anda’ atau ‘ kami- mereka’.

4. Kontrol & Dominance

E & R harus saling berbagi kontrol dan tidak ada yang mau lebih dominan

5. Trust

E & R harus saling percaya bahwa mereka saling jujur, tulus, dapat diandalkan, reliabel & safe.
  • Peranan Harga-Diri (self esteem)
  • Persepsi antarpribadi; impression management
  • Faktor umpan balik & aktivitas mendengarkan (S&C,2000: untuk komprehensi, empati, evaluasi & resolusi)
  • Interaksi verbal & non-verbal (Catatan, jargon,dsb)

Wawancara Klinis

1. Rintangan terbesar: Bagaimana menyelesaikan wawancara pertama:
  • terutama bila klien tidak datang sendiri
  • rapport
  • orientasi

2. Bagaimanapun persiapannya, pewawancara baru akan lebih aprehensif (ada perasaan khawatir, cemas)

3. Initial Interview yg efektif:
  • More Fruitful Exchange (banyak pertukaran informasi yg bermakna)
  • Lasting rapport (rapport yang bertahan lama)

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
  • Setting Interview
  • Konfidensialitas
  • Pertimbangan etnik & ras
  • Berbagai cara untuk mendapat informasi
  • Tingkah laku terapis
  • Interview dengan populasi spesifik

Tahapan Wawancara Klinis

1. Pengaturan & Pembukaan

  • Pengaturan ruangan
  • Sambut ITEE (salam penerimaan)
  • Perkenalkan diri
  • Persilahkan duduk, dst → cairkan ketegangan, tunjukkan penerimaan, penghargaan → pupuk atmosfir yg kondusif utk bangun Rapport
  • Perkenalan lebih jauh

2. Pengumpulan Informasi

  • Ajak ITEE utk masuk kedalam situasi wawancara yg sesungguhnya dg cara yg nyaman untuknya, bawa ITEE kedalam situasi baru, beralih dari small talk ke pembicaraan pokok.
  • Beri kesempatan klien utk membangi informasi sebanyak2nya tanpa terlalu mempengaruhi klien.
  • Mis: “Apa yang mendorong Bapak/Ibu untuk datang ke klinik hari ini?”
  • Gunakan pertanyaan2 awal, mulai dari hal2 yang umum, background & non-threatening → pertahankan rapport & motivasi.
  • Gunakan pertanyaan2 pokok, diikuti dengan pertanyaan2 probing, follow-up, dsb, untuk dapatkan/beri informasi utama & pelengkap yang menjadi sasaran wawancara
  • Pertahankan interaksi efektif, gunakan pertanyaan dan perilaku yang motivating, mendengar aktif, hindari perilaku yang menghambat (The Do’s & The Dont’s)
  • Arahkan pembicaraan ke tujuan wawancara (Intended goals) → manfaatkan variasi teknik & pendekatan bertanya

Yang Boleh:
  • Beri waktu: jeda, kesempatan
  • Ulangi jawaban: bila singkat
  • Tunjukkan minat

Yang Tidak Boleh:
  • Menciptakan ketegangan
  • Memojokkan
  • Mengarahkan
  • Mengecam
  • Memotong
  • Mengajukan pertanyaan sensiitif terlalu dini

3. Penutup Wawancara

  • Indikasikan wawancara akan berakhir
  • Review ‘kerangka’ wawancara
  • Cek hal2 yang masih perlu ditanyakan
  • Ajukan pertanyaan2 pelengkap
  • Buka kesempatan ITEE bertanya, beri penjelasan yang diperlukan
  • Tutup wawancara.

4. Tunjukkan penghargaan

5. Jaga kesan/citra & motivasi

Tipe-tipe Wawancara Klinis

1. Case History Interview
  • menghasilkan riwayat kasus/riwayat pribadi klien:
  • Identifikasi data
  • Situasi saat ini
  • Keadaan keluarga
  • Kondisi kesehatan
  • Minat, kesenangan
  • Deskripsi diri
  • Harapan untuk masa depan

2. Wawancara Terstruktur

  • Dapat meningkatkan reliabilitas proses wawancara
  • Banyak gunakan pertanyaan tertutup
  • Resiko: klinisi terlalu tergantung pada daftar pertanyaan & kehilangan informasi penting yg tidak ada dalam daftar

3. Wawancara Status Mental

  • Untuk tentukan apakah seseorang terganggu atau tidak
  • Most important step in the clinical evaluation of individuals suffering from or suspected of having mental disorders → langkah terpenting dalam evaluasi klinikal seseorang menderita atau diduga menderita gangguan mental
  • Untuk menentukan tingkah laku ‘normal’ atau ‘ abnormal’
  • Areas covert in mental status exam:

- appearance & behavior
- attitude toward R
- psychomotor activity : terganggu/ tidak
- affect & mood
- speech & thought
- perceptual disturbances
- orientation : tempat, waktu
- attention, concentration, memory
- intelligence
- reliability, judgement & insight

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Metode Obeservasi dan Wawancara Klinis. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar