Pandangan Inteligensi dan Teaching Strategies Menurut Gadner

Daftar Isi
Pandangan Inteligensi dan Teaching Strategies Menurut Gadner - Pengertian inteligensi di dalam modul ini akan meninjau tiga sudut pandang, yaitu berdasarkan sudut pandang Stenberg, Wechsler, dan Gardner.

Menurut teori inteligensi triarkis dari Robert J. Stenberg (dalam Santrock, 2007), inteligensi muncul dalam bentuk analitis, kreatif, dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan, dan mempertentangkan. Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan, dan mengimajinasikan. Inteligensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktekkan. Contoh:
  • Dea nilainya tinggi untuk tes inteligensi tradisional, seperti Stanford-Binet dan pemikir analitis yang cemerlang 
  • Roy mendapat nilai terbaik tetapi punya pikiran yang kreatif dan mendalam 
  • Lies cerdas dalam soal praktik, dan mampu menangani sesuatu dengan cara-cara praktis, meskipun skor untuk inteligensinya rendah. 

Beberapa siswa ada yang tinggi untuk ketiga area tersebut; ada yang tinggi dalam satu atau dua area.
Pandangan Inteligensi dan Teaching Strategies Menurut Gadner
image source: rbolland21(dot)wordpress(dot)com
Baca juga: Prinsip Goals Setting dan Kaitannya dengan Regulasi Diri
Stenberg mengatakan bahwa siswa dengan pola triarkis yang berbeda akan “tampak berbeda” di sekolah. Siswa dengan kemampuan analitis yang tinggi cenderung lebih disukai dalam sekolah umum (konvensional). Mereka seringkali mudah menyerap pelajaran di mana guru memberi pelajaran dan siswa diberi ujian. Mereka biasanya dianggap siswa “pintar” yang mendapat rangking bagus, nilainya selalu bagus, nilai baik dalam tes inteligensi, dan kemudian mudah masuk ke universitas.

Siswa yang punya inteligensi kreatif tinggi biasanya bukan rangking atas dalam kelas. Stenberg mengatakan bahwa siswa yang kreatif mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas pelajaran sesuai dengan harapan guru. Contoh siswa dengan inteligensi kreatif yang tinggi, siswa dengan inteligensi yang praktis sering kali kesulitan memenuhi keinginan sekolah. Mereka seringkali berprestasi di luar kelas. Mereka mungkin punya keahlian sosial yang bagus dan pemahaman umum yang baik. Saat dewasa mereka terkadang menjadi manajer sukses, pengusaha, atau politikus, meskipun catatan-catatan prestasi sekolahnya biasa-biasa saja.

Stenberg percaya bahwa hanya sedikit tugas yang murni analitis, kreatif atau praktis. Umumnya tugas membutuhkan kombinasi keahlian-keahlian itu. Contohnya, saat siswa menulis ringkasan buku, mereka mungkin (1) menganalisis tema buku, (2) menemukan ide baru tentang bagaimana buku itu bisa ditulis dengan baik, dan (3) memikirkan tentang bagaimana tema buku itu dapat diaplikasikan untuk kehidupan orang.

Stenberg percaya bahwa dalam mengajar, guru harus menyeimbangkan ketiga tipe inteligensi itu. Artinya, siswa harus diberikan kesempatan untuk belajar menggunakan pemikiran analitis, kreatif, dan praktis, meski juga tetap diberi pengajaran gaya konvensional yang hanya fokus pada “belajar” dan mengingat informasi.

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Pada dasarnya dalam pandangan tradisional, kecerdasan ditetapkan secara operasional sebagai kemampuan untuk menjawab berbagai jenis tes kecerdasan. Namun, kita dapat memahami inteligensi dalam sudut pandang yang berbeda, dengan berawal dari suatu pertanyaan “Apakah pemain catur, pemain biola, dan atlet “intelegn/cerdas dalam kegiatan-kegiatan ini? Bila mereka memang cerdas, lalu mengapa tes “intelegnsi” kita gagal mengenali mereka? Bila mereka tidak “inteligen/cerdas”, apa yang membuat mereka mencapai prestasi yang demikian tinggi? Secara umum, mengapa “inteligensi” menurut paham kontemporer gagal menjelaskan sebagian besar manusia?”.

Gardner mendekati isu inteligensi dari perspektif yang berbeda. Ia tidak menggunakan tes standar; ini memfokuskan pada peran yang amat berarti dalam masyarakat ketimbang kompetensi abstrak; dan ini melindungi perspektif relatif secara budaya. Sejauh kapasitas dihargai dalam suatu budaya, kapasitas itu dapat dihitung sebagai kecerdasan; tetapi bila budaya atau pengakuan “lapangan” seperti itu tidak ada, suatu kapasitas tidak akan dianggap sebagai kecerdasan. Dari perspektif ini Gardner mengembangkan teorinya mengenai multiple inteligences.

Gardner (2003) yakin bahwa kompetensi kognitif (belajar, memahami) manusia lebih baik diuraikan dalam arti kumpulan kemampuan, bakat, atau keterampilan mental yang disebut “kecerdasan atau inteligensi”. Gardner memikirkan inteligensi sebagai potensi biopsikologi. Artinya, semua anggota jenis makhluk yang bersangkutan mempunyai potensi untuk menggunakan sekumpulan bakat kecerdasan yang dimiliki oleh jenis makhluk itu.

Semua individu normal mempunyai masing-masing keterampilan ini sampai jumlah tertentu; individual berbeda dalam derajat keterampilan dan dalam sifat kombinasinya. Gardner melihat teori integensi ini lebih manusiawi dan lebih dapat dipercaya ketimbang pandangan alternatif mengenai inteligensi dan bahwa teori ini mungkin lebih mencerminkan secara memadai data mengenai tingkah laku “inteligensi/kecerdasan” manusia. Dan teori ini memiliki implikasi pendidikan yang penting, termasuk untuk pengembangan kurikulum.

Dalam teori multiple inteligences, inteligensi memiliki 7 tipe. Seperti Thurstone, Howard Gardner (2003; Hetheringthone, 1999) memisahkan tujuh tipe namun lebih terbatas.

Adapun penggambaran tujuh tipe intellegensi dalam teori Gardner adalah:
  • Musical: sensitivitas terhadap nada dan susunan musik; kemampuan untuk mengkombinasi nada dan susunan ke dalam ritme dan struktur yang lebih besar, kesadaran aspek emosional musik (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif) 
  • Body-kinestetik: keterampilan dan keanggunan dalam mengekspresikan atau menunjukkan secara langsung, kemampuan untuk menangani objek dengan mahirnya (ahli bedah, pengrajin, penari, atlet) 
  • Linguistik (verbal): kemampuan untuk berfikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (penulis, wartawan, pembicara). 
  • Logika matematika: kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan) 
  • Ruang/waktu: persepsi yang akurat terhadap dunia visual; kemampuan untuk mentransformasi persepsi dan menciptakan kembali secara mental pengalamann visual; sensitivitas ketegangan, keseimbangan dan komposisi ; kemampuan untuk mendeteksi pola yang sama (arsitek, perupa, pelaut) 
  • Intrapersonal: kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupannya secara efektif (teolog, psikolog) 
  • Interpersonal: kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru teladan, profesional kesehatan mental) 
  • Natural: Kemampuan mengenali bentuk & gejala alam sekitar & karenanya memiliki kepekaan dlm membaca perubahan alam. Suka alam bebas, menggolongkan isi dalam dgn mudah 
  • Eksistensial (spiritual Smart): Kemampuan memahami makna hidup, filosofi kehidupan & mengajarkannya . Sering berbicara ttg kematian, mencari hikmah 

Keseimbangan fungsi manusia adalah penting. Contoh inteligensi interpersonal penting untuk orangtua, guru dll. Kasus-kasus dengan bidang pemikiran musik, seperti yang dipraktekkan dalam masya­rakat kita, memerlukan kecerdasan musik dalam jumlah yang signifikan. Akan tetapi, tergantung pada aspek mana dari musik yang menjadi masalah, kecerdasan lain jelas juga dituntut. Seorang pemain biola harus mempunyai kecerdasan gerakan-badan; seorang konduktor memerlu­kan kecerdasan antar pribadi yang cukup besar; direktur opera memerlu­kan kecerdasan ruang, pribadi, dan linguistik di samping kecerdasan

Tiap-tiap tipe Gardner dituntun dan dikembangkan dengan bentuk persepsi diri, belajar dan memori. Contohnya body-kinestetik merupakan manifestasi dirinya sejak kecil. Menurutnya individu dapat menunjukkan kombinasi yang berbeda-beda dari inteligensi. Ia menunjukkan keutamaan akhir dari pengalaman. Pengalaman intens visual, menunjukkan beberapa pengetahuan yang mendalam. Gardner mengembangkan tes untuk mengukur 7 wilayah inteligensi dan menciptakan program pendidikan untuk melatih anak dalam seluruh wilayah (Gardner, 2003). Dan menurut Gardner perbedaan budaya berpengaruh pada perbedaan inteligensi.

Teaching Strategi di dalam Kerangka Pikiran Gardner

a. Musical

  • Beri anak-anak tape recorder yang bisa mereka gunakan. 
  • Beri kesempatan pada anak-anak untuk memainkan alat musik 
  • Beri kesempatan anak-anak untuk membuat musik dan irama bersama-sama dengan menggunakan suara dan instrumen sederhana 
  • Ajak anak nonton pertunjukan atau konser musik 
  • Dorong anak untuk membuat lagu sendiri 

b. Body-Kinestetik

  • Beri anak-anak kesempatan untuk beraktivitas fisik dan ajak mereka berpartisipasi 
  • Sediakan ruangan di mana anak-anak bisa bermain. Apabila tidak memungkinkan, ajak anak ke taman 
  • Ajak anak melihat pertandingan olahraga dan balet 
  • Ajak anak-anak berpartisipasi dalam aktivitas tari. 

c. Linguistik (Verbal)

  • Bacakan untuk anak dan biarkan si anak membaca untuk Anda 
  • Mendiskusikan penulis buku dengan anak 
  • Kunjungi perpustakaan dan toko buku bersama anak 
  • Suruh anak mencatat jurnal acara penting 
  • Suruh anak meringkas dan menceritakan ulang cerita yang mereka baca 

d. Logika Matematika

  • Mainkan permainan logika bersama anak-anak 
  • Ciptakan situasi yang dapat memberi inspirasi anak untuk berfikir tentang dan mengembangkan pemahaman angka 
  • Ajak anak-anak melakukan perjalanan ke lab komputer, museum iptek, dan pameran elektronik. 
  • Lakukan kegiatan matematika bersama anak, seperti menghitung objek dan bereksperimen angka.

e. Ruang atau Waktu

  • Buatlah berbagai macam materi kreatif untuk dipakai anak-anak 
  • Buat teka-teki bentuk sederhana untuk dipecahkan dan suruh anak membuat diagram 
  • Ajak anak ke museum seni dan museum anak 
  • Ajak anak jalan-jalan lalu suruh mereka menggambar peta jalan yang mereka lalui

f. Intrapersonal

  • Dorong anak untuk punya hobi dan minat 
  • Dengarkan perasaan anak dan beri tanggapan 
  • Dorong anak untuk menggunakan imajinasi mereka 
  • Suruh anak mencatat ide dan pengalaman mereka

g. Interpersonal

  • Dorong anak untuk bekerja berkelompok 
  • Bantu anak untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi 
  • Sediakan permainankelompok untuk dimainkan anak-anak 
  • Dorong anak untuk bergabung dengan kelompok atau sanggar anak 

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pandangan Inteligensi dan Teaching Strategies Menurut Gadner. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar