Jenis-jenis Validitas dan Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas

Daftar Isi
Jenis-jenis Validitas dan Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas - Artikel psikolgi ini membahas seputar statistika mengenai pengujian validitas dengan SPSS, interpretasi hasil uji validitas dan reliabilitas, dan aplikasi hasil uji validitas. Melalui artikel ini diharapkan mampu melakukan pengujian validitas dengan SPSS, serta mampu melakukan interpretasi serta aplikasi hasil uji validitas.

Validitas Konstruk (Construct Validity)

Ukuran seberapa tepat tes mengukur suatu theoretical construct tertentu (trait maupun abilities)

Dasar Pemikiran

Dalam pengujian valditas dituntut informasi dari berbagai macam sumber yang memberikan gambaran tentang hakikat dari trait atau ability yang ingin diukur à informasi yang berasal dari teori
Tes yang valid untuk mengukur konstruk X belum tentu valid mengukur konstruk Y

Kriteria Validitas Konstruk

  • Nilai dalam test lain yang valid untuk mengukur konstruk yang sama (convergent factors)
  • Nilai dalam test lain yang independen terhadap konstruk yang diukur (discriminant factors)
  • Tahap perkembangan (jika menurut teori nilai pada test tergantung pada tahap perkembangan)
  • Faktor yang dihasilkan melalui perhitungan analisis faktor
  • Kinerja dalam hal-hal khusus (jika menurut teori kinerja itu berkaitan dengan konstruk yang diukur)

Prosedur umum pengujian

  • Pelajari teori seputar konstruk yang akan diukur (mis: inteligensi, mechanical compr, verbal fluency, anxiety, dsb)
  • Kembangkan hipotesis berdasarkan teori (catatan: kaitkan dengan teknik khusus)
  • Analisis kesesuaian hasil pengujian empirik
Jenis-jenis Validitas dan Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas
image source: blog(dot)motivemetrics(dot)com
Baca juga: Tips Mengelola Suara Saat Public Speaking

Developmental Changes

Menguji validitas tes yang akan digunakan untuk mengukur konstruk, yang menurut teori perubahannya mengikuti tahapan perkembangan (mis: inteligensi)

Correlation With Other Test

Menguji validitas tes yang digunakan untuk mengukur konstruk yang terbukti sudah diukur oleh tes lain

Factor analysis

Memvalidasi sekaligus sejumlah tes dengan menganalisis pola inter-korelasi nya (faktor yang dihasilkan melalui analisis faktor)

Internal Consistency

Menguji validitas tes untuk mengukur konstruk yang bersifat uni-dimensi (bukan gabungan beberapa sub-konstruk)

Dasar Pemikiran

Jika suatu tes sangat homogen, besar kemungkinan tes itu hanya mengukur satu konstruk dan tidak terpengaruh oleh konstruk lain

Catatan

Pengujian dengan teknik internal consistency kadang-kadang digunakan (secara terpaksa) ketika tidak ada/sulit menemukan ‘kriteria luar’ lainnya

Convergent & Discriminant Validation

Dasar Pemikiran

Tes yang mengukur O seharusnya secara jelas berkorelasi dengan tes lain yang memang mengukur O (convergent factors) dan sekaligus tidak tidak berkorelasi dengan tes yang tidak mengukur O (discriminant factors)

Prosedur Pengujian

  • Menentukan satu atau lebih tes yang seharusnya berkorelasi dengan tes yang diuji
  • Menentukan satu atau lebih tes yang seharusnya tidak berkorelasi dgn tes yang diuji validitasnya
  • Memeriksa apakah hasil perhitungan korelasi sesuai dengan teori

Convergent & Discriminant Validation

Menguji validitas tes dengan cara membandingkan skor sebelum & sesudah dilakukannya intervensi eksperimental (pretest dan post-test). Intervensi bisa berupa pelatihan atau pemberian perlakuan tertentu kepada subjek. Contoh: konstruk agresivitas, sociability, leadership, motivasi, problem solving.

Kriteria Pengukuran Validitas


Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas

Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Konsistensi skor yg diharapkan pada suatu tes:
  • Apakah skor tes AB konsisten antar waktu?
  • Bila ada dua tes setara yang mengukur trait Y, apakah skor yang diperoleh konsisten?
  • Apakah item-item tes AB konsisten dalam mengukur satu trait/attribut?
  • Apakah skor tes AB yg dihasilkan seorang penyekor konsisten dengan skor tes yg dihasilkan penyekor lain?
Pertanyaan di atas mengenai konsistensi skor akan menentukan metode pengujian reliabilitas yg dilakukan.

Apakah Test-retest, Alternate-form, Internal consistency, atau Inter scorer reliability?
> Koefisien reliabilitas harus diinterpretasikan berkaitan dengan konsistensi yang
  • Batasan koefisien reliabilitas secara umum 0,8
  • Batasan koefisien reliabilitas terkait tujuan tes - research: 0,7 – 0,8 | clinical (diagnosis): 0,95
Interpretasi reliabilitas harus terkait dengan metode reliabilitas yang digunakan,

Contoh:

Tes Loneliness
  • Metode tes-retes rX1X2= 0,56 (tes tidak stabil antar waktu)
  • α = 0,82 (tes secara internal konsisten)

Koefisien reliabilitas juga digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai besar variabilitas skor tes yg disebabkan oleh error of measurement dan true score.

Koefisien reliabilitas > proporsi varians true score dan varians observed score.

Contoh: rX1X2= 0.80 à 80% dari varians observed score merupakan varians true score dan 20% merupakan varians error

Contoh:

Tes Loneliness:
  • Metode tes-retes rX1X2= 0,56 (tes tidak stabil antar waktu)
  • rX1X2= 0.56 à 56% dari varians observed score merupakan varians true score dan 44% merupakan varians error (time sampling error)
  • α = 0,82 (tes secara internal konsisten) à 82% dari varians observed score merupakan varians true score dan 18% merupakan varians error (content sampling dan content heterogeneity error)
  • Jadi interpretasi reliabilitas harus terkait dengan metode reliabilitas yang digunakan dan error yang terdapat dalam metode.

Dari contoh, dapat disimpulkan:
  • Sebuah alat ukur dapat konsisten dlm suatu hal, tetapi dpt juga tdk konsisten dlm hal lain.
  • Penentuan apakah suatu tes reliabel harus memperhatikan metode pengujian yg digunakan dan kemungkinan error yg ada
  • Besar error yg ditolerir terkait dgn tujuan alat ukur

Interpretasi Hasil Uji Validitas

Harus signifikan pada level tertentu & cukup tinggi untuk dapat mengidentifikasi dan membedakan individu.
  • Terkait dengan tujuan tes
  • Terkait dengan teori konstruk
  • Dikaitkan dengan metode pengujian validitas.
  • Khusus pada criterion-validity, korelasi diharapkan signifikan dan tinggi

Aplikasi Hasil Uji Validitas

Koefisien korelasi sebesar 0,6 (signifikan pada LOS 0,05) sebagai hasil uji validitas konstruk antara tes X dengan tes Y (yang mengukur konstruk kreativitas), menunjukkan bahwa 36% proporsi varians tes X diakibatkan oleh tes Y. Dengan demikian, tes X dapat dikatakan valid untuk mengukur konstruk kreativitas.

Koefisien korelasi sebesar 0,8 (signifikan pada LOS 0,05) sebagai hasil uji validitas prediktif antara tes SPMB dengan nilai IPK, menunjukkan bahwa 64% proporsi varians nilai IPK diakibatkan oleh tes SPMB. Dengan demikian, tes X dapat dikatakan valid untuk memprediksi keberhasilan belajar di perguruan tinggi

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Jenis-jenis Validitas dan Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas . Semoa bermanfaat.

Daftar Pustaka

  • Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and assessment: An introduction to test and measurement. (7th ed.). Boston: McGraw Hill.
  • Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. (3rd ed.). New York: SAGE Publications, Ltd.
  • Kaplan, R.M. & Saccuzzp, D.P. (2009). Psychological testing: Principles, applications, and issues. California: Wadsworth Cengage Learning
  • Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar